Di tempat kerja yang dulu, ada beberapa orang yang bertanya, "Mosoni opo, to?" (artinya kurang lebih: Puasa buat apa, sih?) atau "Mosoni sopo, to?" (artinya kurang lebih: Puasa buat siapa, sih?) -- saat saya tengah menjalankan puasa sunnah senin-kamis. Bukannya naif, tapi saya sempat beneran heran sama pertanyaan-pertanyaan itu. Puasa buat apa? Puasa buat siapa?
Iya, diakui atau tidak, di masyarakat kita ini masih banyak sekali berkembang pola pikir-pola pikir seperti itu -- apalagi masyarakat jawa. Masih ada saja orang yang menganggap bahwa bahwa beberapa macam ibadah itu identik dengan (tak lebih dari) sebuah ritual untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Ya contohnya kasus saya di atas. Satu lagi yang bikin miris, status single ternyata masih dianggap sebagai status yang amat 'mengenaskan', hingga banyak yang mengira bahwa apapun yang dilakukan oleh si single adalah demi untuk segera menyudahi status tersebut. Tak terkecuali ibadah-ibadahnya.
Yup, jadi beberapa teman saya menganggap bahwa saya puasa senin-kamis (saat itu) demi untuk segera bertemu jodoh (saja), bahkan ada yang mengira saya mengkhususkan puasa saya untuk seseorang. Oh, noooo T.T. Maka, saat di suatu senin, atau kamis kebetulan saya nggak puasa, mereka akan nyeletuk, "Wah, wis entuk, ya? Kok gak poso!" (Wah, udah dapet (jodoh), ya? Kok gak puasa!). *Spechless*
Hari selasa kemarin untuk pertama kalinya saya puasa ayyamul bidh. Hihi, iya ini pertama kalinya. Niat sih udah beberapa kali, tapi pasti kelupaan pas tiba tanggalnya. Ini alhamdulillah nggak kelupaan berkat kalender puasa sunnah 2015 yang saya print dan tempelin di tembok kamar kost. Hehe. Nah, salah satu temen kerja yang mungkin belum familiar dengan puasa sunnah ayyamul bidh merasa aneh -- 'kok hari selasa puasa? puasa apa?'. Lalu dia nyeletuk, "Kamu mosoni Mas xxxx, ya??" (Kamu puasa dikhususkan buat Mas xxxx, ya?). Huaaaa.... omaigad.... :( FYI, Mas xxxx tuh temen sekantor yang beberapa hari ini dijodoh-jodohin sama saya gegara sama-sama single. Duh duh duh.
Tapi yaudahlah, yaa.... niat kan urusannya cuma saya dan Tuhan saya. Cuma ya itu tadi... miris gitu sama pola pikir beberapa orang (atau malah banyak orang?) yang menganggap beberapa ibadah 'hanya' seremeh itu. Yah, nggak naif, saya juga masih sering kok beribadah dengan membawa harapan bahwa Allah akan mengabulkan doa-doa saya. Kata Ustadz Yusuf Mansur itu nggak salah -- boleh banget. Istilahnya, kita merayu Allah dengan ibadah-ibadah kita biar Allah sayang sama kita dan memperkenankan doa-doa kita. Di Qur'an juga dibilang, kan, Allah akan mencukupkan segala keperluan orang yang bertakwa. yup, segala keperluan bahkan, bukan cuma soal jodoh saja.
Emm, intinya... saya sedih ketika status single saya dipandang banyak orang sebagai 'satu-satunya' motivasi ibadah-ibadah saya. Eh eh... apa itu justru menampakkan banget kalo ibadah saya belom lillahi ta'ala karna ngerasa sedih sama penilaian orang? Entahlah :(((( Saya inget nasehat seorang sahabat (sekaligus kakak); Jadikan menikah sebagai salah satu hal yang akan membuat ridho Allah lebih sempurna untuk kita, tapi bukan SATU-SATUNYA. Yup, memperbaiki diri (dan tekun beribadah) hendaknya nggak didasari motivasi 'agar segera dipertemukan jodoh dan diberi jodoh yang baik' saja ya... rasanya motivasi itu terlalu rapuh. Bisa-bisa setelah ketemu jodoh dan mendapati bahwa setelah ketemu jodoh pun hidup nggak lantas jadi bahagia doang isinya, kita jadi berhenti memperbaiki diri (dan tekun beribadah)... duh, Naudzubillah... :(((
Iya, diakui atau tidak, di masyarakat kita ini masih banyak sekali berkembang pola pikir-pola pikir seperti itu -- apalagi masyarakat jawa. Masih ada saja orang yang menganggap bahwa bahwa beberapa macam ibadah itu identik dengan (tak lebih dari) sebuah ritual untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Ya contohnya kasus saya di atas. Satu lagi yang bikin miris, status single ternyata masih dianggap sebagai status yang amat 'mengenaskan', hingga banyak yang mengira bahwa apapun yang dilakukan oleh si single adalah demi untuk segera menyudahi status tersebut. Tak terkecuali ibadah-ibadahnya.
Yup, jadi beberapa teman saya menganggap bahwa saya puasa senin-kamis (saat itu) demi untuk segera bertemu jodoh (saja), bahkan ada yang mengira saya mengkhususkan puasa saya untuk seseorang. Oh, noooo T.T. Maka, saat di suatu senin, atau kamis kebetulan saya nggak puasa, mereka akan nyeletuk, "Wah, wis entuk, ya? Kok gak poso!" (Wah, udah dapet (jodoh), ya? Kok gak puasa!). *Spechless*
Hari selasa kemarin untuk pertama kalinya saya puasa ayyamul bidh. Hihi, iya ini pertama kalinya. Niat sih udah beberapa kali, tapi pasti kelupaan pas tiba tanggalnya. Ini alhamdulillah nggak kelupaan berkat kalender puasa sunnah 2015 yang saya print dan tempelin di tembok kamar kost. Hehe. Nah, salah satu temen kerja yang mungkin belum familiar dengan puasa sunnah ayyamul bidh merasa aneh -- 'kok hari selasa puasa? puasa apa?'. Lalu dia nyeletuk, "Kamu mosoni Mas xxxx, ya??" (Kamu puasa dikhususkan buat Mas xxxx, ya?). Huaaaa.... omaigad.... :( FYI, Mas xxxx tuh temen sekantor yang beberapa hari ini dijodoh-jodohin sama saya gegara sama-sama single. Duh duh duh.
Tapi yaudahlah, yaa.... niat kan urusannya cuma saya dan Tuhan saya. Cuma ya itu tadi... miris gitu sama pola pikir beberapa orang (atau malah banyak orang?) yang menganggap beberapa ibadah 'hanya' seremeh itu. Yah, nggak naif, saya juga masih sering kok beribadah dengan membawa harapan bahwa Allah akan mengabulkan doa-doa saya. Kata Ustadz Yusuf Mansur itu nggak salah -- boleh banget. Istilahnya, kita merayu Allah dengan ibadah-ibadah kita biar Allah sayang sama kita dan memperkenankan doa-doa kita. Di Qur'an juga dibilang, kan, Allah akan mencukupkan segala keperluan orang yang bertakwa. yup, segala keperluan bahkan, bukan cuma soal jodoh saja.
Emm, intinya... saya sedih ketika status single saya dipandang banyak orang sebagai 'satu-satunya' motivasi ibadah-ibadah saya. Eh eh... apa itu justru menampakkan banget kalo ibadah saya belom lillahi ta'ala karna ngerasa sedih sama penilaian orang? Entahlah :(((( Saya inget nasehat seorang sahabat (sekaligus kakak); Jadikan menikah sebagai salah satu hal yang akan membuat ridho Allah lebih sempurna untuk kita, tapi bukan SATU-SATUNYA. Yup, memperbaiki diri (dan tekun beribadah) hendaknya nggak didasari motivasi 'agar segera dipertemukan jodoh dan diberi jodoh yang baik' saja ya... rasanya motivasi itu terlalu rapuh. Bisa-bisa setelah ketemu jodoh dan mendapati bahwa setelah ketemu jodoh pun hidup nggak lantas jadi bahagia doang isinya, kita jadi berhenti memperbaiki diri (dan tekun beribadah)... duh, Naudzubillah... :(((
semangat ia mba Rosa ^^
BalasHapuskalau kita pedulikan omongan orang gak akan ada habisnya :D
dijelaskan ke mereka juga mereka akan tetap seperti itu
diemin aja, tar juga pada cape sendiri ^^
Iya mbak, betul banget... cuma bikin capek :D
Hapuskalau di tmpt saya, pertanyaannya paling juga, puasa apa? dan menurut saya kalau pertanyaannya seperti itu, masih wajar :)
BalasHapusNah, kalo itu sih iya mbak.. wajar :)
HapusTapi ada loh mba temenku, dia rajin puasa senin kamis tapi pas uda nikah dia kok ga puasa senin kamis lagi ya hehe...
BalasHapusTapi ya kita mah husnudzon aja ya, itukan urusan dia sama yang di atas. Gak perlu juga kita kepoin dan komentarin hehe...Kita hormati aja.
Semangat mba untuk puasa senin kamisnya :)
Salam kenal!
http://handdriati.blogspot.com/
Iya mbak, kita khusnudzon aja... mungkin suaminya gak ngijinin, jd ya dia gak bisa puasa :D
Hapusjawaban dari pertanyaan ini cuma yang sudah nikah yang tahu kenapa hahahahaha
Hapusnanti kalau sudah menikh juga ngerti kok
Seperti cerita Bapak dan Anak yang membawa Keledai. Mau gimanapun kita, orang tuh kerjaannya hanya bisa komentar dan komentar. *ini saya juga komentar yah?" :p
BalasHapusMasalah niat hy yg melakukan dan Allah yg tau, apalagi masalah ibadah puasa yg org lain kena rugikan juga nggak.. Heran. Usil klo saya bilang mah. Ngukur baju di badan mungkin.. *rada emosi baca ceritanya Rosa..
Tetap semangat puasanya yaa.. :) TFS
Ahihihi... ya begitu itu ya mbak hidup sama orang banyak, suka pada 'usil'. Semoga kita gak termasuk yang 'usil' ya :))
Hapusdear rosa,
BalasHapuskalau ada orang yang nanya kayak gitu jawabin aja : muasain diri sendiri biar tambah cantik ;)
hahah bodo amat komentar orang toh yang nilai Allah
manusia mah bisanya komentar
dan memang benar semakin kita memeprbaiki hubungan dengan Allah maka Allah akan memperbaiki hubungan kita dengan lingkungan serta penampilan fisik kita
BalasHapusSante aja, cha. Insya Allah jodohmu yang di sana juga sedang dipersiapkan Allah. Sedang memperbaiki diri juga. Bikin mindset aja di pikiranmu bahwa nanti Allah akan sandingkan dg orang yang jauh lebih baik. Perbaiki juga kriteria jodoh waktu berdoa.
BalasHapusNawaitu, niat utama kita luruskan... Lillahita'ala....
BalasHapus