Hidup berawal dari mimpi, katanya. Ya, banyak orang hebat mengawali hal-hal luar biasa dari mimpi-mimpinya. Bill Gates, contohnya. Ia pernah bermimpi bahwa suatu saat, setiap rumah di dunia akan memiliki PC (Personal COmputer). Lihatlah, hari ini mimpinya hampir terwujud! Atau contoh lainnya yang lebih dekat adalah seorang anak muda Indonesia yang amat menginspirasi. Siapa lagi kalau bukan Merry Riana! Kondisi terhimpit telah membuatnya menancapkan mimpi untuk bisa memiliki kebebasan finansial sebelum umur 30 tahun. Dengan perjuangan yang amat total, mimpinya berhasil ia genggam.
Tapi, sebaik apapun kita menata mimpi, tetap ada Allah Sang Perencana Terbaik yang menentukan, apakah mimpi kita layak di ACC oleh-Nya atau tidak. Meski kata banyak orang, terwujud atau tidaknya sebuah mimpi, usaha adalah hal terpenting yang menjadi penentunya.
Saya setuju dengan pernyataan tersebut, tapi adakalanya saya tidak setuju. Tentang mimpi memiliki anak misalnya. Bukankah setiap manusia normal memimpikan memiliki anak yang merupakan darah dagingnya sendiri? Tapi bukankah ada orang-orang yang diuji Allah dengan tidak diijinkan memiliki anak kandung? Nah, di situlah usaha sekuat apapun tak mampu memberikan pengaruh jika Allah tak berkehendak.
Saya juga punya banyak mimpi. Meski mimpi saya mungkin tak sehebat orang-orang di atas. Beberapa di antara mimpi saya ada yang di-ACC oleh Allah, ada pula yang tidak. Namun ada juga beberapa mimpi yang saya revisi ulang. Dunia ini tidak statis, kan? Apalagi tentang pikiran, rencana dan mimpi seseorang. Tentu saja akan sangat mungkin bisa berubah.
Seorang teman Blogger yang saya kenal (awalnya) melalui sebuah grup chatt blogger di WA mengingatkan saya pada beberapa mimpi saya itu. Ia adalah Ernawati Lilys. Menyimak kisah yang ia paparkan di grup, membaca potongan ceritanya di blog, dan mengamati akun facebooknya, membuat saya seperti bernostalgia mengingat beberapa mimpi saya yang salah satunya tak mampu saya raih, satunya lagi saya revisi, dan satunya lagi masih saya simpan. Apa saja 3 mimpi tersebut?
1. Menikah MUDA!
Yippiii... ini mimpi saya saat masih duduk di bangku kuliah. Saat semangat belajar ilmu agama, termasuk tentang keutamaan menikah dalam Islam tengah menggelora pada diri saya dan teman-teman sekeliling saya. Saya ingin sekali menikah pada umur kurang dari 25 tahun! Nyatanya, Allah tidak meng-ACC mimpi saya tersebut.
Maka, membaca kisah Mbak Erna yang menikah di usia 24 tahun, ada sepercik rasa iri di hati saya. Apalagi membaca kisah pertemuannya dengan sang suami tercinta. Saat itu Mbak Erna tengah merantau (kost) di Bekasi dalam rangka bekerja sekaligus kuliah. Sedangkan sang suami merupapakan warga asli Bekasi, yang diam-diam tertarik pada si pendatang (Mbak Erna). Menurut Mbak Erna, laki-laki yang saat ini menjadi suaminya merupakan lelaki pertama yang dengan gagah berani dan mantap mendatangi orang tua Mbak Erna di Bogor untuk menyampaikan maksud hatinya. Meski sejak SMA banyak lelaki yang melamarnya atau 'sekedar' mengajaknya berpacaran, Mbak Erna tetap teguh pada prinsipnya. Mbak Erna juga berpesan pada para pencari jodoh (Plis, istilah apa ini :D) agar memilih lelaki yang tegas berani datang ke rumah dan meminta restu pada orang tua, bukan sekedar bilang ingin ngajak menikah di pinggir jalan :D
2. Menjadi Penulis
Bagian ini paling membuat saya berdecak kagum, sekaligus malu pada diri sendiri. Dulu saya pernah bermimpi akan menulis sebuah novel, dan diterbitkan oleh penerbit mayor. Nyatanya? Nihil hingga hari ini! Hehe. Draft novel saya yang sudah mencari seratus halaman lebih teronggok begitu saja di laptop, dan tak pernah saya sentuh lagi -- dengan berbagai alibi.
Sedangkan Mbak Erna, lihatlah deretan karyanya di sini. Statusnya sebagai ibu rumah tangga yang kita tau tugasnya hampir tidak pernah ada jedanya, sekaligus ibu dari dua orang anak yang masih balita tak menjadikan ia berhenti berkarya. Totalitasnya pada passion menulisnya amat luar biasa. Selain melahirkan karya-karya berbentuk buku, Mbak Erni jus amat giat mengelola blognya. Bahkan kata Mbak Erni, ia hampir selalu ingin menulis. Jeda saat mencuci pun ia ingin menulis. Bahkan ketika tak ada laptop pun, Mbak Erna tidak sungkan menulis di buku tulis. Luar biasa!!
3. Menjadi Stay At Home Mom
Lagi-lagi ini mimpi saat di bangku kuliah. Saat idealisme masih menggelora. Jadi ibu rumah tangga, total mengurus anak dengan tangan sendiri, dll. Tapi semakin ke sini, saya merasa impian yang ini mungkin harus saya revisi dulu. Tentu impian sangat memungkinkan untuk kembali mengemuka.
Dan Mbak Erna membuat saya sadar, yakin dan jadi tidak takut jika sewaktu-waktu nanti harus menjadi stay at home mom. Mbak Erna membuktikan, bahwa meskipun tidak berkarir di luar rumah, Mbak Erna bisa tetap menjaga eksistensinya, bisa tetap menggali potensinya dan mengembangkan passionnya di dunia menulis.
Senang sekali rasanya bisa mengenal Mbak Ernawati Lilys. Dengan mengenal beliau, saya merasa ikut bahagia melihat cerminan impian saya terpantul dari sosoknya, meskipun impian tersebut belum kuasa saya genggam.
Lagi-lagi ini mimpi saat di bangku kuliah. Saat idealisme masih menggelora. Jadi ibu rumah tangga, total mengurus anak dengan tangan sendiri, dll. Tapi semakin ke sini, saya merasa impian yang ini mungkin harus saya revisi dulu. Tentu impian sangat memungkinkan untuk kembali mengemuka.
Dan Mbak Erna membuat saya sadar, yakin dan jadi tidak takut jika sewaktu-waktu nanti harus menjadi stay at home mom. Mbak Erna membuktikan, bahwa meskipun tidak berkarir di luar rumah, Mbak Erna bisa tetap menjaga eksistensinya, bisa tetap menggali potensinya dan mengembangkan passionnya di dunia menulis.
Senang sekali rasanya bisa mengenal Mbak Ernawati Lilys. Dengan mengenal beliau, saya merasa ikut bahagia melihat cerminan impian saya terpantul dari sosoknya, meskipun impian tersebut belum kuasa saya genggam.
waaah..dua-duanya asyik ya..penulis dan SAHM..aku pun punya mimpi yang sama :)
BalasHapusIyaa mbak, asyik sekali :)
HapusWaah, ternyata kita punya mimpi yg sama.
hemm beda antara orang non muslim dan muslim apalagi yang taat dalam pencapaian. non muslim dihukumi sebab akibat, usaha keras ya dapatnya bagus. muslim terikat dengan hukum sebab akibat serta hukum Allah. jadi... jadi gimana ya :D hehe
BalasHapustetep berusaha
setujuuu mbak! sebagian orang menganggap usaha adalah segala-galanya...
HapusMimpinya sama kaya saya, alhamdulillah sudah tercapai tapi....belum sehebat Mba Erna. Yuk ah bermimpi dan usaha 😊
BalasHapusWaah, Barakallah mbak :)
HapusWah terharu, terima kasih mba rosasusan. Semoga impiannya tercapai juga :)
BalasHapusAamiin. Makasih mbak :*
Hapussaya juga dulunya pengen nikah muda Mbak tapi gak kesampaian juga :(
BalasHapusKaubkan mau nikah, nggak udah galo lg dah
BalasHapusalhamdulillah sebentar lagi mimpi di poin pertama akan terwujud ya mbak :p
BalasHapus