Bismillahirrahmannirrahiim…
Bercerita
tentang penghujung kisah strata satu – ku, tentu saja ada satu hal yang tak
boleh terlewatkan untuk turut di bagi. Berharap member manfaat dan pencerahan,
entah sekecil apapun itu.
Hari
itu, siang menjelang sore tanggal 02 februari 2012, aku dan teman – temanku
dating ke kampus. Salah satu dosen, yang kebetulan juga pembimbing skripsiku,
Bapak DR. Kiryanto, SE, Msi, Akt berbaik hati bersedia meluangkan waktunya
untuk memberi tambahan ‘refresh’ untuk kami menjelang ujian pendadaran, atau
biasanya di kenal dengan istilah ujian kompre.
Saat
usai membahas beberapa soal yang kami belum paham tentang mata kuliah akuntansi
biaya, beliau bertanya, “Sudah tahu siapa besok pembimbingnya?.” Kami spontan
menjawab belum, karna memang nama penguji sebenarnya baru akan di umumkan sore
hari. Dengan irama jantung yang mulai tak tentu, aku meminta ‘bocoran’ pada
beliau yang sudah memegang jadwal untuk pendadaran esok hari.
Kembali
beliau berbaik hati, dan menuruti permintaanku. Nama yang beliau sebut pertama
adalah namaku. Dan seketika itu, tubuhku menggigil, ketika beliau membacakan 2
dari 3 nama dosen yang tak pernah aku bayangkan dan menjadi momok menakutkan
bagi banyak orang justru disebutkan sebagai dosen pengujiku esok. Seketika aku
menangis, sesak dicengkeram rasa takut yang teramat. Bayangan – bayangan
tentang kemungkinan terburuk berkelebat amat menakutkan. Harus bagaimana aku
ceritakan pada keluarga jika kemungkinan itu terjadi?!
Aku
pun mencoba mencari dukungan semangat. Selain dari sahabat – sahabatku tercinta
yang saat itu ada bersamaku, aku juga mengirim sms kepada kakak – kakakku.
“Mbak,
nyaliku ciut banget, aku takut…” itu salah satu sms – ku pada kakak
perempuanku.
Tak
berapa lama, balasan datang. “jangan ciut!! Kamu lupa kamu punya Allah? Kamu
lupa Allah itu Maha? Minta pertolongan sama Allah dari hati terdalam, lalu
yakin bahwa semua yang terjadi itu yang terbaik!”
Subhanallah walhamdulillah…
aku amat bersyukur cahaya hidayah itu segera menyentuh qolbuku. Sms itu amat
menyentakku. Aku tersedu, bukan lagi karna takut, tapi karna aku mulai
menyadari sesuatu. Tentang imanku yang ternyata masih teramat rapuh, tentang
tawakkalku yang ternyata tak lebih dari setebal kulit bawang, tentang aqidahku
yang masih teramat mudah goyah. Astaghfirullah…
Kesadaran
serta pemahaman itu kemudian datang bertubi – tubi, menghujam dalam hati. Aku
lalu mulai meraba, bahwa mungkin saja Allah hendak menguji imanku atas
keputusan tentang 3 pengujiku esok hari. Da ternyata, tanpa sadar aku sempat lupa
tentang ke – MAHA-anNYA. Betapa aku juga sempat lupa bahwa lulus atau tidaknya
aku, sama sekali bukan berasal dari dosen – dosen penguji itu, melainkan dari –
NYA. Betapa aku juga sempat bertanya, “Rabb, bukankah aku meminta agar mendapat
penguji yang baik hatinya?!.” Betapa di hatiku juga sempat tersemai rasa iri
pada teman – teman yang mendapat dosen penguji yang komposisinya jauh lebih
menentramkan hati. Ah, ampuni hamba Rabb…
Aku
lalu merekonstruksi hati dan pikiranku. Mengokohkan keyakinan bahwa kekuasaan
Allah meliputi langit dan bumi. Bahwa hati para dosen penguji ada dalam genggam
kekuasaan – Nya yang Maha memiliki kasih tak bertepi.
“Menegakkan langit tanpa satu –
pun tiang pun mudah bagi Allah, apalagi sekedar membuatku lulus meski di uji
dosen paling di takuti?!” ucapku dalam hati, tak henti –
henti.
“Rabb… Engkau tahu aku lemah. Engkau tahu aku
tak mampu jika tanpa pertolonganMU. Engkau tahu aku tak bisa jika tanpa belas
kasihMU… bantu aku Rabb, bantu aku…” itu sepenggal rintihan yang terus aku
lirihkan sepanjang malam.
Subhanallah walhamdulillah…
betapa Maha Rahman – RahimNYA memang seluas langit dan bumi. Untuk aku, hamba
yang masih teramat sering melalaikanNYA saja Allah tak henti – hentinya mencurahkan
rahmat – NYA. Dan benarlah, bahwa Allah tak pernah sekalipun ingkar atas semua
janjiNYA. Bahwa IA, akan mengabulkan setiap pinta dari hamba – hambaNYA yang
mau meminta. Subhanallah walhamdulillah…
Maka,
jika hari ini aku sampai pada titik ini, dan mampu menyelesaikan 3,5 tahun
dengan baik, dengan segala kurang lebihnya, aku tahu bahwa itu semua adalah
berkat pertolongan Allah. Laa hawla walaa
kuwwata illa billah…
*Beri aku kemampuan untuk terus
mengeja hikmah – hikmahMU yang terserak, dan mampu mensyukuri tiap jenak nikmat
yang tak terhitung dariMU Rabb…*
Semoga
bermanfaat,
Di
tengah dingin dan syahdunya udara pagi,
Pancur,
04 Februari 2012
bagi robb gk ad yang susah .. maksih ya aku suka postingannya nya
BalasHapus@insanyz... betul sekali :)
Hapussama2 yaa... alhamdulillah,semoga bermanfaat...