Pernah
dengar ungkapan yang mengatakan bahwa ‘cinta tak dapat dipaksakan’?! Ya,
seperti itulah tabiat cinta. Ia seringkali tumbuh pada tempat – tempat dan
objek yang sama sekali tak terduga, bahkan
tak masuk akal. Di sisi lain, ia juga tak juga kunjung bertunas, meski
terhampar sejuta alasan yang membuat cinta sebenarnya amat layak tumbuh disana.
Meski
tak jarang juga orang yang menyangkalnya dan membuat ungkapan tandingan yang
mengatakan ‘witing trisna jalaran saka kulina’ yang artinya cinta dating karna
terbiasa. Aku tidak mengatakan ungkapan ini salah, karna kenyataannya memang
tidak sedikit pula orang yang membuktikan kebenarannya. Hanya saja, kali ini
aku sedang ingin menceritakan ungkapan hatiku yang menjadi salah satu bukti
untuk ungkapan yang pertama tadi.
Ya…
aku sering tidak habis pikir dengan diri serta hatiku sendiri. Terlalu banyak
alasan yang sebenarnya bahkan bisa dikatakan ‘mengharuskan’ aku untuk
mencintainya. Tapi kenyataannya? Ahh… aku terpaksa harus mengatakan bahwa cinta
itu tak kunjung ada. Aku nyaman ada bersamanya, tapi aku tak pernah ingin
berlama – lama membersamainya. Aku tak pernah memungkiri tentang betapa
besarnya serta pentingnya jejak sejarah yang ia ukirkan dalam hidupku. Tapi
sekali lagi, hal itu ‘belum’ lantas bisa membuatku berpikir menghabiskan
seluruh sisa hidupku bersamanya.
Ironisnya…
aku justru mencintai ‘yang lain’ yang bahkan tidak benar – benar aku kenal,
melainkan hanya dari kebersamaan singkat, cerita orang, atau beberapa tulisan. Ya,
beginilah tabiat cinta. Amat tak bisa di duga, bahkan tak sedikitpun aku mampu
menyebutkan satu saja alasanku atas cinta ini.
Tapi,
heii… tunggu sebentar! Tahukah kalian… aku tak sedang membicarakan tentang
‘cinta pada manusia’ pada tulisanku kali ini. Ah, apakah kalian kecewa lantas
segera berhenti membaca setelah mengetahuinya?? Aku harap tidak J
Aku
sedang menceritakan tentang betapa ‘anehnya’ diri dan hatiku yang tak kunjung
mampu mencintai sepenuh hati kota yang selalu aku tulis namanya saat aku harus
mengisi pertanyaan tentang ‘tempat kelahiranku’. Apa kalian heran? Ya, aku
juga! Dan tolong, janga Tanya alasannya, karna aku tak akan bisa menjelaskan,
karna aku pun sebenarnya tak tahu apa sebenarnya. Dan lebih anehnya lagi, aku
justru amat ‘mencintai’ kota lain yang hampir sama sekali tidak aku kenal. Kota
yang bahkan tak sedikitpun menggoreskan sedikitpun sejarah berarti dalam
lembaran kisah hidupku.
Dalam
setiap lirih doaku sejak dulu, aku selalu meminta pada “Sang Maha” agar aku di
ijinkan untuk punya kesempatan menjejaki serta merajut kisah di kota – kota
lain selain kota kelahiranku setelah lulus kuliah. Namun ternyata, garis takdir
yang seringkali penuh misteri ‘menarik paksa’ tanganku untuk justru ada di
tengah – tengah pusaran hiruk pikuk kota ini. Ya, ternyata rizki pekerjaan
pertamaku ada disini. Lalu apa aku menyesal?? Sama sekali tidak! Aku tetap
bersyukur atas apapun yang Allah gariskan untukku hari ini.
Meski…
aku juga tidak lantas berhenti melambungkan baris – baris doaku ke angkasa,
agar suatu saat Allah bersedia membukakan kesempatan untuk merajut cerita di
kota lain, selain kota ini. Semoga… ^^
Rosa,
bersama rintik hujan yang tiba-tiba datang menyapa
My
sweet room, May 2012
Be First to Post Comment !
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)