Sejak
masih duduk di bangku sekolah dasar, saya (dan mungkin juga kalian) sudah
mendapatkan penanaman pemahaman tentang kita sebagai makhluk social. Bahwa kita
hidup di tengah – tengah masyarakat yang harus saling mengharagai hak serta
kewajiban masing – masing individu, saling toleransi, dan lain sebagainya.
Tentu
saja saya setuju dengan penanaman itu. Kenyataanya kita memang nggak akan
pernah bisa hidup sendiri tanpa pertolongan orang lain, bahkan sebanyak apapun
harta kita. Selain itu, hidup bermasyarakat menurut saya juga secara nggak
langsung ngasih kita sebuah ‘kontrol’, atau yang lebih sering disebut sebagai
control social. Seperti apa contohnya? Yah contoh paling gampang kita merasa malu melakukan perbuatan –
perbuatan yang di luar norma.
Emm,
tapi jujur aja… saya kadang juga merasakan dampak negative dari status kita
sebagai makhluk social. Ini sekedar pendapat saya pribadi sih, jadi jangan di
debat (kalo ditanggapi tentu saja boleh). ‘Gara-gara’ status sebagai makhluk
social, kita secara tidak sadar seringkali seolah ‘dipaksa’ untuk selalu
memikirkan ‘omongan’ orang – orang di sekitar kita. Dan seringkali kita ngrasa
tersiksa oleh itu semua. Bahkan malangnya kadang kita lebih memilih tersiksa
asal nggak ‘dikomentarin’ sama orang-orang sekitar.
Contohnya?
Yang paling sederhana dulu… anak – anak ABG sekarang malu kalo nggak punya
pacar karan takut dianggap ‘kampungan, de el el’ oleh teman – temannya,
meskipun mungkin beberapa dari mereka tau dan sadar bahwa pacaran nggak ada
manfaatnya tapi banyak mudhorotnya. Yang lebih serius lagi… banyak banget nggak
sih sekarang yang ‘memaksakan diri’ membeli sesuatu (mobil, de el el) demi
menjaga gengsi dan pendapat orang, meski mereka harus setengah mati berjuang
untuk membayar angsuran tiap bulan dan menjaga agar asap di dapur tetap
mengepul. Ah, banyak… banyak sekali konsekuensi yang harus ditanggung dari
status kita sebagai makhluk social.
Sedihnya
lagi, control social yang merupakan dampak baik dari status kita sebagai
makhluk social toh nyatanya (menurutku) udah nggak berjalan sebagaimana mestinya. Anak gadis
menginap dirumah ‘pacarnya’ sudah dianggap masyarakat sebagai ‘hal biasa’
sebagai dampak perubahan zaman. Intinya, sekarang ini kita udah nggak bisa
ngandelin ‘omongan orang’ sebagai tolok ukur baik dan buruk. Jadi, harus pinter
– pinter deh nyaring opini masyarakat yang terbentuk untuk hal – hal tertentu.
Ya karna sekali lagi, nggak selamanya pendapat lebih banyak orang itu benar,
dan pendapat sedikit orang itu salah.
Oh
ya, jadi pengen ikut komentar tentang kasus yang sedang hangat saat ini. Nggak
tau sih ini ada hubungannya apa nggak. Yaitu tentang kasus H. Rhoma Irama yang
‘dituduh’ mengangkat tema SARA dalam salah satu kesempata khotbah seusai sholat
tarawih. Saat itu intinya beliau mengatakan bahwa umat muslim dilarang memilih
pemimpin dari golongan non-muslim, karna sanksinya adalah menjadi musuh Allah.
Lalu, mulailah masyarakat (melalui berbagai media) rame – rame berkomentar, ada
yang mendukung, tidak sedikit yang
mengecam. Katanya Bang Haji merusak persatuan bangsa dengan ceramahnya itu,
bahkan ada yang menganggap beliau menghina agama lain dengan itu. Nah lho…
dimana letak menghinanya?? Beliau kan menyampaikan itu di masjid. Jadi apa
salah kalo beliau menyampaikan apa yang ada dalam Al-qur’an?? Kalau, (maaf
sekali sebelumnya) seorang pendeta khotbah di sebuah kebaktian, menyampaikan
bahwa kami (yang tidak beragama nasrani) adalah domba tersesat, apa itu berarti
menghina dan kami berhak pula marah – marah dan mengecam?? So, harus dibedakan
mana yang menghina, dan mana yang menyampaikan ajaran agama. Bagiku agamaku,
dan bagimu agamamu J
Pesen
saya sekali lagi, pinter – pinter menyaring opini public yang saat ini semakin
liar terbentuk yaahh… jangan mudah terprovokasi (dalam hal apapun, diluar kasus
Rhoma Irama). Lalu bagaimana solusinya untuk menentukan sikap? Kembali pada
kaidah – kaidah agama saya pikir menjadi jalan keluar terbaik J
#maaf
ya tulisannya kacau dan mungkin bikin pusing waktu dibaca, hehe
Rosa
7
Agustus 2012 (Malam ke-19 Ramadhan)
kunjungan perdana, salam kenal dulu :)
BalasHapusterimakasih atas kunjungannya di blog amatiran ini :)
Hapus