Bicara tentang hak dan kewajiban, kita ini
*termasuk saya, pastinya!* seringkali hanya rajin menuntut hak kita terpenuhi,
disbanding berusaha memenuhi kewajiban kita. Kita juga sering sekali lupa kalau
hak kita itu dibatasi oleh hak orang lain.
Jadi, sepertinya akan menjadi kesalahan yang
teramat besar menurut saya jika ada orang yang berteriak, “Ini kan hak Gue!!”,
tapi di sisi lain ada hak orang lain yang terampas karenanya.
Duh, mau bicara apa sih saya sebenarnya? Oke,
langsung saja lah!
Saya hendak bicara tentang PARA PEROKOK!
Saya marah. Saya tidak suka. Saya benci pada
para perokok. Tapi tidak semua perokok saya benci. Saya masih menaruh rasa
hormat pada segelintir perokok yang masih punya sedikit rasa tenggang rasa pada
orang sekitarnya. Tapi saya amat benci pada para perokok yang tidak tahu diri. Kebal-kebul di sembarang tempat tanpa
mau sedikit saja peduli ada orang yang amat tersiksa di dekatnya.
Kebencian saya memuncak, ketika di suatu waktu,
di sebuah angkutan umum, ada seorang laki-laki yang sedang asyik menghisap
sebatang rokoknya tepat di depan muka saya. Dengan nada sesopan mungkin saya
pun berkata, “Maaf pak, asap rokoknya… bisa minta tolong diarahkan ke luar
jendela?”
Lalu apa tanggapan dia? Dengan wajah amat
menyebalkan dia berkata, “Kalo nggak mau kena asap rokoknya sana nggak usah
naek angkutan mbak! Ini kan hak-ku!!”
Sungguh, saat itu ingin sekali rasanya saya
berteriak sekeras yang saya bisa, “ANDA BERHAK MEROKOK, TAPI SAYA JUGA BERHAK
MENGHIRUP UDARA BERSIH TANPA ASAP ROKOK!!!”
Ah, bagi saya perokok adalah orang terdzalim
di dunia! Bagaimana tidak? Ia menyakiti dirinya sendiri dengan amat sadar dan
sengaja. Bahkan ia juga menyakiti entah berapa ribu orang yang secara amat
terpaksa harus mau menghirup udara penuh ancaman penyakit. Ah, tapi saya tidak
peduli tentang itu. Yang jelas, lewat “rumah maya” saya ini, saya ingin
mengungkapkan ketidak-sukaan saya, kemarahan saya, dan segala uneg-uneg saya
tentang mereka. Dan satu lagi, saya ingin sekali mengatakan pada setiap
perokok: “Silahkan merokok, tapi TELAN SAJA ASAPNYA!”. Win-win solution bukan?
Anda tetap bisa merokok, dan saya tetap bisa menghirup udara bersih tanpa asap
rokok!!
**oh ya, saya objektif. Bapak saya peroko.
Dan saya pun mengatakan apa yang telah saya tulis pada beliau langsung *dengan
bahasa yang lebih santun, sebagaimana harusnya anak berbicara pada Bapak
tentunya!*
Rosa, 09 November 2012
Be First to Post Comment !
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)