Akhir-akhir ini saya sedang suka nonton
sebuah sinetron di salah satu station tivi swasta di Indonesia. Sinetron klise
seperti pada umumnya sinetron2 di Indonesia sih… tentang kisah cinta segitiga,
tentang seorang laki-laki yg jatuh cinta pada sahabat masa kecilnya, tentang
pemain utama yg mengidap penyakit kronis yg tinggal menunggu waktu kematian…
ah, klise sekali bukan?!
Tadinya nggak suka sih… nggak tertarik sama
sekali nonton sinetron itu. Mulai tertarik waktu temen2 di kantor pada
ngrumpiin sinetron itu, sampe bela-belain nyari synopsis ceritanya dari awal
sampe akhir, sama nonton di you tube juga! Oh ya, satu lagi… semakin tertarik
nonton soalnya salah satu pemain prianya adalah actor idola saya! *jiiaaahh :D
Cuma, di dua episode ini, saya kok tiba-tiba
dibuat termenung oleh beberapa potong percakapannya. Saat dua pemeran utama
yang ceritanya sama-sama punya sakit parah, dan saling suka menggumam, “Kalaupun aku harus mati hari ini, bagiku
nggak masalah asal aku menghabiskan waktu-waktu terakhirku bersama kamu….”
*kurang lebih begitu lah ya!*
Yah, waktu itu aku seketika termenung. Hah?
Penting ya? Emang akan punya arti apa menghabiskan waktu terakhir dengan
laki-laki yang disukai, setelah raga ditutup tanah lalu dikerubuti berbagai
hewan-hewan menjijikkan???
“Tuhan,
sekarang aku tak lagi takut pada kematian… karna aku tau Engkau telah
mengirimkan seseorang yang cintanya akan selalu menemaniku bahkan sampai aku
mati…”
Itu satu lagi kalimat yang bikin aku
tercenung. Duh, lagi2… emang bisa bantu apa “cinta” itu saat kita dihadapkan
dengan gertakan malaikat penjaga kubur tentang apa yang kita lakukan bersama
“cinta” itu?! Peluk2an, cium2an, dll dengan orang yang… ah, saudara bukan,
suami apalagi!!!
Trus amal sholih itu letaknya dimana??? Emang
mati segampang dan se-enteng itu untuk bisa dilewati hanya dengan hal yang sama
sekali nggak penting, bahkan malah penambah siksa di alam sana?! Ini nih yang
bikin banyak remaja enteng banget mutusin bunuh diri cuma karna putus cinta!
“duh, pliss
deh… itu kan cuma sinetron!!” ada yg berpendapat seperti itu kali ya?!
Trus kalo Cuma sinetron kita nggak perlu
peduli tentang seberapa salah kaprah isi “ajaran” di dalamnya gituu?? Mungkin
kelihatannya “cuma” sinetron yang nggak berdampak apa-apa dalam watu singkat,
tapi perlahan tapi pasti, tontonan2 yang salah akan sukses memporak-porandakan
moral saudara2 kita!
Dulu itu di kampong saya anak perempuan
ngobrol berdua sama laki-laki yang bukan apa-apanya aja malu setengah mati.
Sekarang? Udah mulai 11-12 sama tingkah remaja-remaja sinetron itu!
Jadi inget perkataan seorang kakak di
organisasi kampus dulu. “sekarang itu perang tidak lagi dengan mengangkat
senjata, tapi dengan pemikiran. Mereka, orang-orang yang ingin merusak kita
(islam), akan selalu mencari cara-cara paling ringan dan seringkali nggak kita
sadari...”
Heemm… takut sih sebenernya waktu mau nulis
ini, mengingat saya sendiri juga belum bener, dan mungkin juga masih banyak
terpengaruh hal-hal nggak bener lainnya yang belum saya sadari.
Tapi kalo semua orang harus nunggu bener2
bener *bahasaku kok kacau sih!* untuk menyampaikan kebenaran, pasti nggak akan
ada ‘saling mengingatkan dan menasehati’ dong ya??
Yah intinya sih, yang nulis dan yang
menyampaikan bukanlah yang paling baik ataupun yang paling benar! Wallahu a’lam Bisshawwab…
Rosa, 09 November 2012
Ya udah, gak usah nonton sinetron mbaak. bikin emosi jiwa juga kan yah. hehe...
BalasHapusSampein jg sm seiisi rumah, teman dekat, ibu2 dikantor dan siapa sj yg bisa mbak jangkau jarak dan pikirannya kl sinetron ntu gak ada bagusnya. produk komersil yg cuman mementingkan benefit material buat mereka tanpa mo tau imbasnya kemasyarakat.
Btw, ini sinetron apa yah? Udah lama sy gak mejeng depan tipi...
hu'um mbak... setuju bangett...
BalasHapuscuma jeleknya aku kadang masih suka tertarik buat nonton sinetron yg banyak di perbincangkan temen2 kantor. hehe
love ini paris di SCTV mbak...