Menetapkan syarat dan kriteria untuk "calon suami", apa terkesan sombong dan tak tahu diri? Mungkin ada yang menganggapnya seperti itu. "duh, siapa elu sampe brani masang syarat? Cantik nggak, pinter nggak, kaya apalagi!!!" gitu kira-kira salah satu bentuk cibirannya.
Terserah apa kata orang. Tapi menurutku, justru hal yang sangat aneh kalau kita bahkan tidak punya batasan dan kriteria tentang seperti apa laki-laki yang bersamanyalah kita akan melewati sisa umur kita. Masa' iya mau asal trima gitu aja?? Yah, tentu saja hasil akhir tetap hak prerogatif Allah. Tapi Allah kan mengijinkan kita punya harapan kan yah?!
Kalau ditanya tentang apa saja syarat yang aku tetapkan untuk seorang laki-laki yang akan mengambil alih tanggung jawab atas diriku, maka salah satu dari tiga syarat dasar itu adalah : berasal dari keluarga yang bersedia menerima dan menghargai aku beserta keluargaku sepenuhnya. Mengapa bukan sekedar "lelaki yg menerima keluargaku", tp "dari keluarga yg mau menerima keluargaku" ??
Dari beberapa bacaan yang sempat aku baca, berkenaan dengan hak dan kewajiban seorang istri, aku tau bahwa: yang wajib dinomorsatukan seorang istri adalah suami, sedang yang dinomorsatukan suami bukan istri melainkan ibunya. Jika seorang perempuan yang telah menikah tidak memiliki tanggung jawab atas keluarganya, bahkan taat pada orang tua pun ada di posisi setelah ketaatan pada suami, maka tidak begitu halnya bagi seorang laki-laki. Meskipun sudah menikah, seorang laki-laki tetap memiliki kewajiban penuh untuk taat pada ibunya, dan bertanggung jawab pada keluarganya. Dan satu lagi.. Seorang istri punya kewajiban untuk membantu/mendukung suaminya memenuhi kewajiban tersebut.
Nah, maka dari itu aku jadi berpikir.. Kalo aku punya suami yang buaaikk, tapi keluarganya memandang sebelah mata keluargaku, pastilah aku akan sakit hati dan tidak sanggup menyayangi sepenuh hati keluarga suamiku tersebut. Lalu bagaimana aku bisa membantu serta mendukung suamiku untuk taat dan berbuat baik pada keluarganya, jika dihatiku tersimpan sakit hati seperti itu. Ah, aku kok takut justru akan menjadi istri yang mendorong suami menjauh dari keluarganya. Bukankah kasus seperti itu sudah menjadi ratusan fakta di hadapan kita??!!
'jaga dia untukku Robb...'
Jepara, 25 Januari 2013
like this so much yang,sttus menikah kita bukan hanya dengan "anak mertua" dan bukan hanya berdua(suami_istri) namun menikah juga mempersatukan dua keluarga :)
BalasHapus;)
Hapus