Sudah beberapa minggu ini saya ngrasa ada yang salah pada diri saya sendiri. Dan saya sedih. Betapa ternyata saya mendapati diri saya dalam keadaan amat menyedihkan. Saya mendapati hati saya telah amat kerasnya, hingga ia rasanya tak lagi mudah tersentuh oleh kebaikan-kebaikan kecil yang dulu sudah sedikit mampu saya rasakan. Saya mendapati hati saya telah amat kerasnya, hingga ia mulai begitu sulit untuk menerima nasehat. Dan puncak kesedihan saya, adalah ketika minggu lalu amat ingin saya menangis agar sesaknya dada sedikit melega, tapi ternyata nihil saya dapatkan.
“Ada apa??” begitu terus-menerus saya menanyai
diri sendiri.
Beberapa buku say abaca meski hanya beberapa
lembar. Website-website islam saya sambangi, fanpage-fanpage berisi banyak
nasehat dan hadist saya baca. Dan hasilnya
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang berimana kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata benar atau diam,” (HR. Muslim)
Rasulullah saw bersabda, “Banyak tertawa itu mematikan hati,” (HR. Ahmad)
“Dua perkara yang akan mengeraskan hati: Banyak bicara, dan banyak makan”. [Lihat Al-Hilyah (4/22) oleh Abu Nu'aim]
Banyak bicara (yang tidak manfaat), banyak
tertawa, serta banyak makan (yang tidak thoyyib). Tiga hal tersebut ternyata
menjadi penyebab mengerasnya hati seorang muslim. Dan luar biasanya, saya
mengakrabi sekali tiga hal tersebut akhir-akhir ini. Allahu Robbi… Lalu masihkah saya pantas bertanya “apa penyebabnya?”
setelah mengetahui hal tersebut?
Saya ingin kembali Robb… Sungguh saya ingin
kembali mencecap syahdunya beribadah pada-Mu...
Dan disaat seperti ini, saya sungguh merindukan teman-teman saya dulu, saya rindu kakak-kakak saya di rohis kampus dulu. Yang senantiasa mendekap saya dalam hangat ukhuwah, yang tangannya tak ragu kembali merengkuh saya, saat saya hendak terpeleset ke 'musibah' seperti yang hari ini saya rasakan.
Dan disaat seperti ini, saya sungguh merindukan teman-teman saya dulu, saya rindu kakak-kakak saya di rohis kampus dulu. Yang senantiasa mendekap saya dalam hangat ukhuwah, yang tangannya tak ragu kembali merengkuh saya, saat saya hendak terpeleset ke 'musibah' seperti yang hari ini saya rasakan.
“Seseorang
itu akan mengikuti agama temannya, karenanya hendaklah salah seorang
diantara kalian mencermati kepada siapa ia berteman.”
[Hadits hasan, riwayat Tirmidzi (no. 2387), Ahmad (no. 8212), dan Abu Dawud (no. 4833), Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan gharib]
[Hadits hasan, riwayat Tirmidzi (no. 2387), Ahmad (no. 8212), dan Abu Dawud (no. 4833), Berkata Abu Isa: Hadits ini hasan gharib]