Sendiri

on
Selasa, 30 Juli 2013
Jikalah kesendirian terasa amat menyesakkan, 
maka bukan berarti ia tak pernah membawa kebaikan
Untuk apa bersama bila akhirnya saling menghinakan?

Bukankah Ibunda Maryam, menjadi satu dari empat wanita yang terjamin surga atasnya,
lantaran kehormatan yang selalu terjaga di tengah kesendiriannya?

Dalam sesak dan sakitnya kesendirianmu,
Helai-helai doa aku terbangkan ke angkasa

Semoga Engkau mewarisi ketabahan serta lapang dada Sayyidah Fatimah,
menjejaki kekuatan iman Sayyidah Asiyah,
dan menjadi salah satu wanita yang berkesempatan menjadi teman sayyidah Khadijah,
kelak di Jannah sana

Semoga Allah mengobati tiap torehan lukamu, dengan ke-Maha Rahman dan Rahim-Nya...

Tetap tegaklah untuk kami,
Badai, semoga lekas berganti menjadi pelangi

**Dedicated for someone

Entah Harus Apa Judulnya

on
Senin, 22 Juli 2013
gb. diambil dr google
 
Untuk beberapa bagian yang terasa amat menyakitkan bagi kami,
Semoga Allah berkenan mengobatinya dengan Rahman dan Rahim-Nya...

Untuk beberapa potong episode yang belum mampu kami pahami,
Semoga Allah berkenan menanamkan pemahaman hakiki di hati kami dengan segala ke-Maha-anNya...

Untuk tiap jengkal sakit hati kami,
Semoga Allah membalaskan dengan sebaik-baik balasan menurut takaran-Nya

Untuk semua hal yang menimpa kami saat ini, 
yang seringkali terasa menggoyahkan langkah kaki kami,
Semoga tetap selalu tertanam kuat dalam hati kami bahwa segala sesuatunya telah tercatat dengan baik,
dan Allah adalah Yang Maha tak pernah mengingkari janji

Pertemuan Kembali

on
Sabtu, 20 Juli 2013
Setelah beberapa kali direncanakan dan beberapa kali gagal, Alhamdulillah tanggal 14 Juli kemaren akhirnya kesampaian juga kita membayar lunas rindu kita. Yah, meski hanya beberapa jam, tapi cukuplah untuk membuat gumpalan-gumpalan menyesakkan dada luntur seketika.

Kita nggak banyak ngobrol ataupun cerita-cerita tentang banyak potongan hidup masing-masing yang terlewatkan. Tapi ajaibnya, hanya dengan bertemu saja sudah membuat hati yang mulanya mulai merenggang jadi kembali tertaut mesra. Bahkan, mampu membuat saya yang berangkat dengan hati babak belur, menjadi hampir pulih seketika.

Nggak banyak yang kita lakukan di pertemuan kemaren. Nggak seheboh deretan rencana2 yang ada di benak beberapa bulan ini lebih tepatnya. Ketemu di Ungaran - Kost Isty, ngobrol2 dikit, lalu saling serah terima barang sama kak uni, lalu... horeeee... akhirnya bisa memegang (dan membaca setelah dirumah) novel yang selama ini bikin saya penasaran banget. (jangan tanya kenapa, karana saya nggak tau alasannya). Terimakasih untuk "Sunset Bersama Rosie"-nya cite sayang... :*


Nah, karna saya 'ngidam' pengen keliling Semarang, dan karna mereka adalah teman-teman terbaik saya, jadilah mereka menuruti. Tujuannya? Mana lagi kalo bukan Gramedia Amaris (Jalan Pemuda Semarang) - salah satu tempat paling bersejarah bagi hubungan kami *Halagh!!* :D
Yang bikin makin istimewa... dari Ungaran ke Gramedia kita naek BRT lhooo... waaahh... senangnyaaa... *Norak!*
Dan ini yang paling saya suka dari bersama mereka. Menjadi diri sendiri, dan nggak banyak jaim. Selama nggak melanggar norma, nggak merugikan orang lain, dan membahagiakan hati. Salah satunya, dengan foto-foto di dalam BRT. Norak, sumpah!


Di Gramed kita ketambahan personil. Si Bumil Anik nyusul diantar suami tercinta, lalu Indah. Nahh... jadilah kami calon saingan Cherrybell :D


Yah, akhirnya, apa lagi yang harus saya lakukan selain bersyukur karna telah Allah anugrahkan teman-teman semenyenangkan mereka. Semoga kami nggak hanya berteman di dunia, tapi juga hingga ke Surga (dengan terus saling mengingatkan dalam kebaikan, Aamiin). Dan semoga akan selalu ada pertemuan lagi, lagi, dan lagi, dengan formasi yang lebih lengkap (karna kemaren emang ada yang kurang dengan absennya si 'peri tidur' :P). Semoga kita bisa kembali berkumpul, dengan formasi yang terus bertambah, bertambah, dan bertambah, Aamiin... :)

Selamat Jalan...

on
Kamis, 11 Juli 2013
dr. Fb Gandhung

Bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati, maka cukuplah kematian itu menjadi nasehat untuk kita. Tidak ada kata tiba-tiba, tidak ada tanya 'kenapa'. Semua sudah tertulis rapi sejak calon raga masih dikandung bunda.

Selamat jalan Gandhung. Semoga Allah mendekapmu dengan ampunan serta kasih sayang-Nya.

Allahummaghfirlahu Warhamhu wa 'afihi wa' fu'anhu...

11.7.2013, Hari ke-2 Ramadhan

Marhaban Yaa Ramadhan

on
Rabu, 10 Juli 2013
gb. diambil dr google
 
 Marhaban Yaa Ramadhan... Marhaban Yaa syahrus siyam...
 
Ramadhan pertama disini, Ramadhan dengan keadaan yang jauh lebih baik dari tahun lalu, maka semoga saya dan kita mampu membuat Ramadhan tahun ini lebih baik dari Ramadhan-Ramadhan sebelumnya yang telah lalu. Ya, meskipun tak semua pinta di Ramadhan tahun lalu telah tertunai di Ramadhan kali ini, saya tetap yakin Allah tak pernah ingkar janji :) 

Mimpi Yang Kembali

on
Rabu, 03 Juli 2013
 gb. diambil dr google
Mencoba mengais kembali mimpi mulia masa lalu. Berusaha menghidupkan nyalanya kembali, meski tertatih, meski sendiri. Kalau bersama mereka aku bisa, sendiri pun aku yakin juga bisa. 

Karna motivator utama bagi diri kita adalah diri kita sendiri. 

Untuk sesuatu yang tidak dijanjikan Allah atas kemudahannya saja, jika kita meminta kemudahan pasti dimudahkan, apalagi yang nyata-nyata dijanjikan kemudahan atasnya. Sungguh, janji Allah tak pernah dusta :)

Jilbabku (tak seindah dulu)

on
Selasa, 02 Juli 2013


Sudah berapa lama saya sadar mengenakan jilbab? Baru tiga tahun. Apa selama tiga tahun kesadaran itu jilbab saya sudah baik? Belum. 

Perjalanan saya hingga sampai pada sebuah gumpal kesadaran bahwa berjilbab adalah kewajiban yang tak bisa ditawar memang bukan kisah luar biasa. Saya tidak menemui banyak rintangan, seperti larangan dari keluarga atau semacamnya, seperti kisah-kisah mengharukan dari banyak saudari muslimah kita di luar sana. Satu-satunya rintangan yang saya temui adalah diri saya sendiri. Tentang bagaimana saya memantapkan hati, lalu memulai langkah untuk selangkah lebih baik sebagai seorang hamba.


gb. diambil dr google


Jilbab sudah saya kenal sejak kecil. Lalu belajar mengenakannya saat mask SMA, meski baru sebatas pake’ jilbab kalo ke sekolah, selebihnya belum. Meski sejak kelas 2 SMA, benih-benih impian bahwa saya akan berjilbab tak hanya ke sekolah mulai tersemai. Segala puji hanya bagi Allah, yang telah membuat hatiku dan hati keluargaku memilih UNISSULA sebagai tempatku melanjutkan studi. Ya, tempat itulah yang menjadi gerbang dari banyak sekali bongkah-bongkah hidayah.

Sejak kuliah semester 2 dan mulai sesekali mengikuti kajian keislaman, mulai ada larik-larik keresahan yang datang mengusik. Tentang kesadaran bahwa saya belum memenuhi salah satu kewajiban paling pokok dari seorang wanita yang mengaku Allah sebagai Tuhannya, Rasulullah Nabinya, dan Al-qur’an Kitabnya.

“Saya pengen berjilbab, Mbak. Tapi malu. Di desa saya, yang sehari-hari pake’ jilbab umumnya tu orang pondokan, yang pinter ngaji. Lha , saya? Ngajinya aja masih kacau. Takut juga nanti di omongin sama tetangga-tetangga…” curhat saya pada Mbak Inas, mentor ngaji saya saat itu.

Beliau tersenyum manis, lalu berkata lembut, “Pilih diomongin tetangga, tapi Allah ridho sama Rosa, atau nggak diomongin tetangga tapi Allah nggak ridho sama Rosa?”

Kata-kata tersebut, begitu menghujam dalam ke hati saya saat itu. Gumpal keresahan makin menjadi. Hingga muaranya, dengan mengucap Bismillah, saya memantapkan hati untuk berjilbab saat itu.

Lalu selama tiga tahun kesadaran berjilbab saya itu, terus berusaha memperbaiki jilbab saya? Ini yang paling saya sedihkan dari diri saya. Bukankah manusia yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin adalah manusia yang celaka? Yaa Robb… ampuni hamba dhoif  ini…

Ya, ternyata saya lengah. Saya lalai menjaga hidayah yang Allah anugrahkan pada saya. Hidayah yang ribuan orang tak pernah beruntung mendapatkannya. Tidak, saya tidak melepas sama sekali jilbab saya. Naudzubillah, semoga Allah menghindarkan saya dari yang seperti itu.

Tapi lihatlah, saya mulai melonggar dalam menjaga jilbab saya. Prinsip-prinsip syar’I dalam berpakaian mulai saya lupakan. Jilbab saya mengecil. Bahkan saya melonggar saat ada sepupu laki-laki atau ipar yang tiba-tiba datang sedangkan saya dalam keadaan tidak berjilbab.

Astaghfirullah… sebegitu futurnya kah saya? T.T

Dan hari ini, menjelang Ramadhan seminggu lagi, dengan menyebut nama Allah, saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya akan kembali berproses memperbaiki diri, meski selangkah demi selangkah, meski sendiri, tanpa ada teman-teman yang selalu siap menemani proses perbaikan diri saya. Semoga Allah meridhoi niat dan keinginan saya, serta memudahkannya. Aamiin…

Refleksi 3 tahun perjalanan jilbab saya, semoga saya istiqomah.

Pancur, 29 Juni 3013

Signature

Signature