Beberapa waktu belakangan ini di daerah tempat saya tinggal cukup marak kasus curanmor. Terakhir, malam selasa kemarin Om saya yang menjadi korbannya. Hemm, ikutan nyesek waktu pertama denger kabar itu. Apalagi Om saya yang kena musibah itu bisa dibilang kondisi ekonominya menengah-ke bawah. Belum lagi motor itu masih tergolong baru (tapi bekas). Yah bisa dibilang harta bendanya ya cuma motor itu. Dan nggak cuma motor, HP-nya pun ikut di gasak. Masya Allah...
Tak urung saya dan keluarga, juga saudara-saudara yang rumahnya saling berdekatan pun ikut resah. Selasa kemaren, waktu ngobrol-ngobrol santai, selain masih membahas tentang keprihatinan kami pada musibah yang menimpa Om, kami juga membahas 'upaya' peningkatan kehati-hatian agar musibah serupa tak sampai menimpa kami.
Ada sodara yang bilang mau beli rantai+gembok buat motonya. Ada juga yang bilang mau mengganti kunci rumahnya dengan yang lebih bagus, ada pula yang berseloroh bilang motornya mau dimasukin kamar.
Tapi tak lama kemudian kami serentak terdiam. Dan ajaib, ketika ternyata 'hidayah' itu seperti menyentuh hati kami secara hampir bersamaan. Kami lalu melirihkan istighfar. Betapa saat membahas berbagai upaya tadi, secara nggak sadar kita telah mengesampingkan rasa pasrah pada Sang Maha Pemilik Jagat Raya ini. Betapa kami seperti lupa bahwa harta tak lebih dari sekedar titipan, dan tak satu pun musibah yang menimpa selain memang telah digariskan oleh-Nya.
Lalu apa kita nggak lagi perlu waspada, karna toh semua sudah ada 'ketentuan-Nya"?! Tentu saja tetap perlu! Bukankah manusia diciptakan dengan akal salah satunya untuk berikhtiar? Terus gimana baiknya? Mungkin yang terbaik adalah tetap meningkatkan kewaspadaan, dengan terus meng-upgrade keberserahan kita pada-Nya. Wallahu a'lam...
**Semoga Allah memberikan kesabaran dan ganti yang jauh lebih baik dan lebih banyak untuk si Om, dan semoga si pelaku lekas bertaubat dari 'profesinya'
Tak urung saya dan keluarga, juga saudara-saudara yang rumahnya saling berdekatan pun ikut resah. Selasa kemaren, waktu ngobrol-ngobrol santai, selain masih membahas tentang keprihatinan kami pada musibah yang menimpa Om, kami juga membahas 'upaya' peningkatan kehati-hatian agar musibah serupa tak sampai menimpa kami.
Ada sodara yang bilang mau beli rantai+gembok buat motonya. Ada juga yang bilang mau mengganti kunci rumahnya dengan yang lebih bagus, ada pula yang berseloroh bilang motornya mau dimasukin kamar.
Tapi tak lama kemudian kami serentak terdiam. Dan ajaib, ketika ternyata 'hidayah' itu seperti menyentuh hati kami secara hampir bersamaan. Kami lalu melirihkan istighfar. Betapa saat membahas berbagai upaya tadi, secara nggak sadar kita telah mengesampingkan rasa pasrah pada Sang Maha Pemilik Jagat Raya ini. Betapa kami seperti lupa bahwa harta tak lebih dari sekedar titipan, dan tak satu pun musibah yang menimpa selain memang telah digariskan oleh-Nya.
Lalu apa kita nggak lagi perlu waspada, karna toh semua sudah ada 'ketentuan-Nya"?! Tentu saja tetap perlu! Bukankah manusia diciptakan dengan akal salah satunya untuk berikhtiar? Terus gimana baiknya? Mungkin yang terbaik adalah tetap meningkatkan kewaspadaan, dengan terus meng-upgrade keberserahan kita pada-Nya. Wallahu a'lam...
**Semoga Allah memberikan kesabaran dan ganti yang jauh lebih baik dan lebih banyak untuk si Om, dan semoga si pelaku lekas bertaubat dari 'profesinya'
tptku jrg ada maling2... gak musim
BalasHapusbukan berarti jadi gak perlu waspada dong ;)
BalasHapus