Nggak terasa
sudah setahun lebih saya berada di dunia kerja, mencicipi cita rasanya, juga
berusaha menyesuaikan diri dengan berbagai perbedaan dengan dunia saya sebelumnya.
Ya, dunia kerja dan dunia kampus (sekolah), tentu saja berbeda jauh. Kalo saat
masih sekolah atau kuliah kita masih seneng grubyak-grubyuk
sama temen-temen, hal itu pasti akan sangat jarang bisa kita lakukan sama temen
kerja. Kalo saat kuliah ato sekolah kita ‘kompak’ banget menyelesaikan berbagai
tugas bersama, bahkan tak segan untuk saling membantu, nggak begitu halnya saat
sudah ada di dunia kerja. Meski kita diwajibkan untuk bisa saling bekerja sama,
tetap saja masing-masing orang punya
jobdesc-nya masing-masing, dan harus mereka selesaikan masing-masing pula.
Iya, kan?
Sejauh ini,
saya selalu berusaha untuk nggak lepas bersyukur telah ‘diletakkan’ Allah di tempak
kerja saya ini. tempat yang memberi saya banyak sekali kesempatan untuk
belajar. Belajar lebih banyak hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu saya,
juga tentang warna-warni sisi kehidupan. Ya, bukankah kita harus selalu belajar
– bahkan dari keburukan sekalipun?
Setahun
kerja, saya sudah beberapa kali mengalami pergantian rekan kerja. Dan dari
beberapa kali pergantian tersebut, saya mulai bisa menemukan ‘pola’ sikap teman-teman
kerja saya (mungkin termasuk saya sendiri). Setiap ada rekan kerja baru,
beberapa teman cenderung membangun ‘tembok’. Lalu yang berkembang selanjutnya
adalah berbagai ‘kasak-kusuk’ tentang berbagai sikap (yang terlihat) negative
dari rekan kerja baru tersebut. Beberapa kali pola tersebut terulang, saya jadi
bisa sedikit menarik kesimpulan. Kalo terlihat banyak sekali sisi negative dari
rekan kerja baru tersebut, bukan karna dia memang benar-benar seperti itu, tapi
semata karna kita yang sudah lebih dulu membangun ‘tembok’ yang menghalangi kita
untuk bersedia mengenal dan menilai secara objektif rekan baru kita tersebut. Yah,
mungkin mirip-lah sama penyebab orang yang susah move on *yang ini sok tau*.
Kalo soal
persaingan dan konflik kepentingan antar rekan kerja sih mungkin sudah termasuk
hal klise ya di dunia kerja. Sering denger cerita dan beberapa kali lihat
sendiri juga orang yang sibuk cari muka di depan atasan. Apalagi iri-irian soal
perbedaan ‘penghargaan’ yang diberikan pada masing-masing karyawan. Hmm…
Sadar ato
nggak, kadang ada beberapa dari kita yang menodai jalan rizki yang sebenarnya
halal. Contohnya, dengan saling menghasut ato menjatuhkan citra rekan kerja
misalnya. Semoga kita masih punya cukup harga diri untuk menghindarkan diri
dari cara-cara rendah seperti itu. Kalo soal iri karna adanya perbedaan
‘penghargaan’, saya pikir nggak papa selama kita bisa menempatkan iri itu
sesuai porsinya – yang bisa mendorong kita untuk lebih berprestasi lagi.
Satu lagi hal
penting yang saya pelajari dari dunia kerja ini adalah: berani mengakui
kelebihan teman, dan nggak pegecut untuk mengakui kekurangan serta kesalahan kita.
Dan itu sama sekali nggak gampang! Denger atasan memuji hasil kerja rekan kita,
kalo kita nggak berjiwa besar sangat berpotensi bikin telinga dan hati jadi
panas. Apalagi kalo di sisi lain ternyata ada kerjaan kita yang salah atau
kurang sempurna… wah, wah… benar-benar hati yang teramat lapang untuk mengakuinya
dengan legowo.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung, tinggalkan kesanmu ya :)