Tanggal 4 Agustus - menjelang tengah malam - kemarin, saya dikejutkan dengan berita kematian suami sahabat baik saya saat SMP. Tenggorokan saya seketika tercekat. Benak saya langsung dipenuhi pikiran tentang, 'bagaiman sahabat saya menghadapi ini?, bukankah mereka belum genap tiga tahun lalu menikah?, bukankah anaknya masih sangat kecil?', dll.
Dua hari lalu saya baru sempat datang untuk takziah. Wajah dan tatapan mata sahabat saya... Ah... Sepertinya tidak perlu detail saya ceritakan. Dengan terbata dan suara parau ia berkisah. Tentang suaminya yang tampak sehat-sehat saja selama ini, tentang suaminya yang amat total mencurahkan kasih sayang pada anak mereka yang usianya baru genap dua tahun dibulan agustus ini, tentang suaminya yang tiba-tiba tumbang menjelang dini hari lalu koma beberapa hari, tentang pembuluh darah yang pecah dan pendarahan di otak, tentang dokter yang angkat tangan, dan tentang suaminya yang akhirnya harus menyerah pasrah pada dekap kematian.
Ya Allah...
Ngilu sekali mendengar ia bertutur. Ia juga sempat mengungkapkan betapa ini teramat berat ia lalui. Anak yang tingkah lucunya di satu sisi menjadi pelipur lara, namun di sisi lain seperti mengiris perasaan mengingat ia tak lagi ber-ayah.
Tapi inilah hidup. Inilah dunia. Fana. Tidak ada yang abadi kecuali keabadian itu sendiri.
Dan saya semakin tau. Tidak ada kehilangan yang ringan untuk dirasakan. Tidak pernah ada. Tidak peduli sesering apa kita 'terlatih' merasakan kehilangan. Meski sejatinya kita tidak pernah kehilangan apa-apa. Dunia seisinya, orang-orang yang sepenuh jiwa.kita cinta - sejatinya - cuma titipan, kan? Bukan milik kita. Kalau begitu bukankah berarti kita tidak pernah kehilangan apapun saat mereka enyah dari hidup kita? 'Sayangnya', Allah menitipkan perasaan memiliki, yang seringkali lancang melampaui batas. Perasaan memiliki yang kemudian membuat kita pecah berkeping ketika mereka melangkah pergi.
Innalillahi, semoga sahabatnya diberi kekuatan penuh buat menjalani hari kedepan..
BalasHapusBener banget, sesering apa kita dilatih kehilanganm tetep aja ya kehilangan itu gak pernah jadi suatu yang mudah buat dilaluin :)
Aamiin...
Hapusmakasihh, Mbak Rani :)
memang kok... sll bikin nyesek, walopun cuma sekedar menyaksikan orang lain kehilangan...