Beberapa hari ini hari-hari saya berwarna. Beberapa orang teman secara hampir bersamaan mempercayai saya sebagai 'telinga' untuk mendengar hala-hal yang sedang mereka rasakan cukup menyesakkan dada.
Pertama sahabat saya yang baru saja kehilangan suami tercintanya untuk kembali ke pangkuan Sang Pencipta beberapa waktu lalu. Ia mengajukan sebuah pertanyaan yang tak mampu saya jawab, karna saya pun merasa belum mampu. "Bagaimana caranya sholat khusyuk? Sholat tanpa kepikiran banyak hal?". Saya berusaha menghindari nasehat, "yang sabar, ya..." pada dia. Karna saya yakin diatas segala gundahnya, ia pasti sudah sangat berusaha untuk sabar. Saya hanya mengatakan dengan tegas, "Saya tau ini berat sekali buat kamu, tapi saya yakin kamu kuat. Setidaknya kamu punya alasan untuk tetap kuat -- demi anakmu".
Yang kedua -- ah, yang ini cukup bikin saya ikut geram. Lagi-lagi tentang ulah tak berperasaan makhluk bernama lelaki. Bahkan dalam kasus ini saya menjadi 'kunci' terungkapnya jawaban bagi kecamuk rasa penasran seorang teman - sebut saja namanya Tri. Saya tau beberapa waktu lalu ia tengah pedekate... em, tepatnya di-pedekate-in seorang lelaki yang juga saya kenal. Cerita terakhir yang saya tau, Tri belum benar-benar menyambut perasaan si lelaki. Hingga beberapa hari lalu saya mendengar si lelaki dan keluarganya melamar seorang wanita. Saya cukup kaget. Lalu dengan hati-hati saya mencoba bertanya pada tri -- tentang bagaimana cerita terakhirnya dengan si lelaki tersebut. Saya benar-benar mengira mereka sudah nggak ada apa-apa. Tapi jawaban Ti mencengangkan. "Yang saya tau dia masih pacarku, Mbak. Hingga dua hari lalu dia tiba-tiba bilang 'mungkin kita memang gak jodoh'...". WHAT??!! Padahal selama ini si lelaki selalu bilang serius sama si Tri, tapi belum siap datang ke rumah -- ke orangtua Tri. Nyatanya? Yang bikin lebih heran, setau saya si lelaki adalah orang dengan pengetahuan agama cukup baik. "Lalu harus pada yang seperti apa aku letakkan kepercayaan, jika pada orang yang menurutku baik saja seperti ini?", tanya Tri pada saya. Menurut saya pribadi, lelaki yang benar-benar baik nggak akan bilang suka dan serius TAPI nggak siap datang ke orangtua.
Yang ketiga, tentang curhatan seorang teman, yang saya anggap sebagai adik. Ia menceritakan tentang kegundahan hatinya karna baru saja mengetahui tentang masa lalu calonnya. "Kenapa kita harus memaafkan, Mbak?", tanyanya saat itu. "Ya karna kita juga ingin orang lain bisa memaafkan kita", jawab saya. Rasanya nggak adil mengecap seseorang berdasar masa lalunya. Bukankah Sayyidina Umar -- seseorang yang berdiri di garda terdepan pembela Islam, dulunya pernah menjadi seseorang yang berdiri di garda terdepan memusuhi Rasulullah?
Yang keempat, tentang seorang sahabat yang akhirnya mengaku jatuh cinta pada sahabatnya sendiri. Aaahh! Apa memang nggak ada persahabatn murni antara laki-laki dan perempuan? Harusnya ada. Tapi sepertinya nggak ada. Emm, tapi saya yakin ada. Cuma mungkin jarang. Saya pernah bersahabat dekat dengan lelaki, dan seingat saya nggak pernah sedikitpun ada perasaan lebih terhadapnya. Jadi saya pikir sepertinya ada. Meskipun keberadaannya sudah semakin langka.
Ahh, baiklah... sepertinya cerita saya sudah terlalu panjang. Emm, saya bersyukur beberapa orang memercayai saya sebagai tempat mencurahkan perasaannya. Selain itu artinya mereka punya sedikit kepercayaan pada saya, saya juga belajar dari cerita-cerita mereka. Saya jadi tau warna-warninya hidup. Dan yang utama, saya kembali belajar bahwa setiap orang punya 'ujiannya' sendiri-sendiri. Nggak pernah ada hidup yang benar-benar buruk, dan nggak pernah ada hidup yang benar-benar baik-baik saja. Yang terpenting, pastikan saja Allah selalu di hati kita, seperti apapun kondisinya :)
Cerita yg kedua itu benar-benar nyakitin yah mbak. Ini yang dibilang PHP klo anak muda jaman sekarang. Setidaknya disitu kita bisa belajar bahwa jangan menilai seseorang dari tampilannya saja.
BalasHapusTerus tentang persahabatan murni antara cowok dan cewek seharusnya ada mbak, tapi terkadang bagi cowok dan cewek, perhatian dan rasa nyaman dari sahabat itu beda-beda tipis dengan rasa nyaman dengan orang yang dicintai makanya terkadang sulit dibedakan antara persahabatan yang murni / cinta atau cinta yang murni / persahabatan :)
Kayaknya kunjungan perdana nih mbak, udah langsung cerewet gini. Salam kenal sekalian follow ^_^
Iya, nyakitin banget. Gak punya perasaan :(
HapusYup, betul mas... tadinya mungkin murni. Tapi karna kelewat deket, lama2 jd ketergantungan deh.
hihi... makasihhh kunjungan perdananya. makasih follownya juga. Salam kenal :))
Atau jangan2 si cowok itu dipaksa nikah mbak. Ditunggu kunjungannya juga :)
HapusItu kemungkinan yg terasa 'sinetron' sekali yaa... hehe
Hapus