Siang kemarin saya membaca postingan Mas Namara tentang mimpinya. Dan kebetulan, salah satu mimpi yang ia ceritakan sama dengan salah satu mimpi saya. Bedanya, dia sudah berhasil mewujudkan mimpi itu, sedangkan saya belum. Mimpi apa itu? Membuat nama saya ada di sampul depan sebuah buku (novel).
Ya, sudah lama sekali mimpi itu bercokol dalam deretan mimpi-mimpi saya. Dan sudah bertahun-tahun lalu pula saya mulai merintisnya. Sayangnya, upaya saya selalu terhenti di tengah jalan oleh banyak alasan, yang pada akhirnya hanya berpangkal dari satu hal: kurang bersungguh-sungguh.
Ya, sudah lama sekali mimpi itu bercokol dalam deretan mimpi-mimpi saya. Dan sudah bertahun-tahun lalu pula saya mulai merintisnya. Sayangnya, upaya saya selalu terhenti di tengah jalan oleh banyak alasan, yang pada akhirnya hanya berpangkal dari satu hal: kurang bersungguh-sungguh.
Kemarin saya iseng me- reshare salah satu tulisan saya di blog ini di akun facebook. Nggak lama berselang kakak angkatan saya di kampus dulu, yang juga pernah jadi assdos saya meninggalkan komentar. Komentar yang JLEB sekali. Berikut screenshootnya:
Ahh, benak saya jadi berkecamuk. Saya merasa seperti ditampar. Kapan saya membuat mimpi itu nggak cuma sekedar angan-angan kosong?! Bukankah perbedaan antara impian dan khayalan adalah pada besarnya usaha untuk mewujudkannya?!
Iya, saya sadar kok… sadar banget kalau selama ini saya belum cukup bersungguh-sungguh untuk mimpi saya itu. Saya sudah punya dua draft naskah novel yang stag saat cerita sudah berjalan separuhnya. Kenapa? Akan panjang sekali kalau saya jabarkan. Intinya ya tetep sama: saya kurang bersungguh-sungguh.
Tapi juga ada hal lain yang saya rasa menjadi penghalang saya meneruskan draft novel saya itu. Ketakutan. Bukan, bukan takut nggak laku – itu kejauhan. Saya takut saya belum pantas untuk menulis sebuah novel. Saya takut kalau nanti karya saya hanya sebuah karya tanpa bobot dan nggak membawa manfaat sedikitpun pada yang kebetulan berkenan membaca. Emm, saya meyakini satu hal. kualitas tulisan seseorang selalu berbanding lurus dengan kualitas membacanya. Dan saya merasa belum menjadi pembaca yang cukup baik. Saya selalu merasa masih terlalu sedikit membaca, sehingga belum waktunya saya menulis.
Ahhhh. Saya tahu kok itu pikiran salah kaprah. Pokoknya intinya saya kurang bersungguh-sungguh! Saya belum mengerahkan segenap kemampuan demi mewujudkan impian. Tapi Cuma kesadran semacam ini juga nggak akan berarti apa-apa kalo saya nggak juga segera bergerak :(
Sudah rosa, sudaaahhh… jangan ngoceh teruuss. Sana mulai usaha!!! -_____-‘
Mulai aja dulu, ca. Nanti akhirnya sampai juga di akhir.
BalasHapusudah di muali sejak kapan hari mbak... tapi ya ituu... stag -_-'
HapusWah berkaryalah dan kaya mbak hehe saya tguin lho novelnya jadi hehe tersemngati juga sama mbak Rosa
BalasHapusHehe... makasiiiihhh :))
Hapussemangat mbak,,teruslah berkarya jangan putus asa ya mbak :)
BalasHapusmakasiihhh mbakk :)
Hapus*hug*
Semangat mbak Rosaaa. Kelarin satu dulu.. trus ntar ajuin ke beberapa penerbit. Sambil nunggu, bikin karya lagi ^^
BalasHapusHuhu... makasiihh mbakkk...
Hapusiya nihh, udah separo jalan... tp ngrasa 'mentah' :(
Semangat! Jangan takut mengejar mimpi!
BalasHapusMakasiihh :)
Hapusits okay tetap semangat kakaaa . jangan menyerah pokonya ditunggu karya2 nya
BalasHapusMakasiihh mbaakk.. :))
Hapus