Ada yang istimewa dari perjalanan saya ke Purworejo kemarin. Istimewa yang sederhana. Sederhana yang mengesankan.
Seperti biasa saya naik Bus Patas Sumber Alam saat itu, dan duduk tepat di belakang kursi Pak Sopir (soalnya takut kebablasan, hehe). Saya memang paling suka memperhatikan Pak Sopir tiap naik bus. Karna apa? Karna saat itu wajah lelah dan kerasnya perjuangan Bapak saya membayang jelas di pelupuk mata. Apalagi hari itu 'teman perjalanan' saya adalah novel 'Sabtu Bersama Bapak'. Semakin campur aduklah rasanya. Betapa harusnya saya bangga pada Bapak saya yang 'hanya' seorang sopir bus tapi dengan ijin Allah mampu menjadikan tiga anaknya berkesempatan mencicipi bangku kuliah. Sebuah 'kemewahan' yang nyatanya nggak semua orang di sekitar saya bisa merasakan -- bahkan yang orangtuanya PNS.
Oke, kembali pada cerita sederhana yang istimewa tadi. Kejadian tersebut terjadi saat bus yang saya tumpangi sampai di daerah Pringsurat --- ditengah jalan yang menanjak dan lalu lintas yang amat padat.
Tepat di depan bus yang saya tumpangi ada sekumpulan bapak-bapak setengah baya dengan pakaian lusuh dan wajah amat kelelahan duduk di sebuah mobil bak terbuka. Hari itu, meskipun sudah sore. Melihat pemandangan itu, Pak Sopir spontan menginstruksikan pada Pak kondektur yang duduk di sebelahnya untuk memberikan aqua gelas yang mereka punya.
"Kui, dilempari aqua... mesakke..." (Itu, dilempari aqua... kasian...)
Dan dengan sigap Pak Kondektur segera melaksanakan perintah.
Aqua gelas di lempar satu per satu melalui kaca jendela, setelah sebelumnya memberi aba-aba pada salah satu bapak-bapak di mobil bak terbuka tersebut. Dan aahh, binar mata mereka tampak amat bahagia (saya sulit mendeskripsikannya) --- padahal 'hanya' aqua gelas. Setelah semua orang mendapat bagian aqua, mereka pun berteriak bilang 'matur nuwun' dengan mata yang masih memancarkan binar menggetarkan. Sekali lagi... padahal hanya aqua gelas...
Apa pelajaran yang saya ambil dari kejadian yang saya lihat tersebut?
Ternyata sesederhana itu. Bermanfaat bagi orang lain itu bukan tentang membuat penemuan fenomenal seperti yang dilakukan Thomas Alfa Edison, dan kawan-kawannya. Cukup dengan peka pada apa yang kita punya dan bisa kita bagi untuk sesama di sekitar kita.
Ternyata sesederhana itu. Berbagi dan membuat orang lain bahagia itu bukan hanya tentang bisa memberangkatkan haji, memberi berkarung beras, dll. Cukup dimulai dengan peka pada keadaan di sekitar kita, dan melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk mereka.
Ya, sesederhana itu. Peka.
Bahkan hanya dengan menanyakan kabar, orang lain sudah merasa bahagia loh :)
BalasHapusah, iya mbak... kemaren aku ngrasain ituuu...
Hapustapi ada juga loh yg nganggep pertanyaan itu cuma basa-basi...
huumz hal kecil yang ternyata bermakna besar bagi orang lain :*
BalasHapuseh eh eh... blog jamuran muncul lagiiihhh :D :P
Hapus