Saya pernah merasa mantap pada seseorang, yang juga mengaku mantap pada saya
Sayangnya, rasa mantapnya ternyata tak cukup besar untuk membuat dia memperjuangkan saya
Dan sayangnya lagi, ternyata saya tak cukup sabar untuk menunggu dia punya cukup keberanian untuk memperjuangkan saya
Baiklah, mungkin dia memang bukan untuk saya....
Saya pernah merasa... kadang mantap kadang tidak... fluktuatif, pada seseorang yang seolah sangat mantap pada saya
Padahal onak dan duri begitu nyata membentang di hadapan kami
Hingga kami akhirnya sadar, tidak seharusnya kami terus membiarkan tubuh kami terus terlukai karna memilih memaksakan diri melewati jalan penuh duri tersebut
Baiklah, mungkin dia memang bukan untuk saya...
Dan hari ini, saya sampai pada titik di mana saya hampir tak lagi berani mendefinisikan kemantapan saya sendiri
Setelah beberapa kali definisi yang saya buat sebagai pijakan untuk mengambil keputusan nyatanya justru menikung saya begitu saja
Ya, saya sampai pada titik di mana saya merasa lelah
Saya lelah karna ada beberapa orang yang seolah menuntut saya meraba perasaannya melalui berbagai pertanda yang terus mereka tunjukkan
Saya lelah karna saya merasa jadi punya kewajiban menjaga perasaan beberapa orang, sementara saya tengah tertatih untuk menjaga perasaan saya sendiri
Ya, saya lelah
Lelah menerka dan bertanya, "Lalu yang mana yang benar-benar untuk saya?"
Semoga ini bukan catatan putus asa
Sayangnya, rasa mantapnya ternyata tak cukup besar untuk membuat dia memperjuangkan saya
Dan sayangnya lagi, ternyata saya tak cukup sabar untuk menunggu dia punya cukup keberanian untuk memperjuangkan saya
Baiklah, mungkin dia memang bukan untuk saya....
Saya pernah merasa... kadang mantap kadang tidak... fluktuatif, pada seseorang yang seolah sangat mantap pada saya
Padahal onak dan duri begitu nyata membentang di hadapan kami
Hingga kami akhirnya sadar, tidak seharusnya kami terus membiarkan tubuh kami terus terlukai karna memilih memaksakan diri melewati jalan penuh duri tersebut
Baiklah, mungkin dia memang bukan untuk saya...
Dan hari ini, saya sampai pada titik di mana saya hampir tak lagi berani mendefinisikan kemantapan saya sendiri
Setelah beberapa kali definisi yang saya buat sebagai pijakan untuk mengambil keputusan nyatanya justru menikung saya begitu saja
Ya, saya sampai pada titik di mana saya merasa lelah
Saya lelah karna ada beberapa orang yang seolah menuntut saya meraba perasaannya melalui berbagai pertanda yang terus mereka tunjukkan
Saya lelah karna saya merasa jadi punya kewajiban menjaga perasaan beberapa orang, sementara saya tengah tertatih untuk menjaga perasaan saya sendiri
Ya, saya lelah
Lelah menerka dan bertanya, "Lalu yang mana yang benar-benar untuk saya?"
Semoga ini bukan catatan putus asa
cuma satu kata mbak yang bisa saya sampaikan,... "Sabar", Allah pasti akan memberikan apa yang terbaik
BalasHapusMakasih mas :)
HapusOhya, masnya salah satu perawat di RSISA kah?
Rosa sayaaang..... aku pengen meluk kamu say...
BalasHapusTapi ada yang udah berani "nembak" nggak? Kalau memang ksatria dan tangguh, maka jika ada rasa harus berani "nglamar". Nha, kalau emang dia atau mereka (eh?) menyatakan itu, tantang aja, berani nglamar ke ortu nggak?. Eh kamu nggak harus jawab komenku ini ya...., Kalau niat aja nggak, kenapa harus kaujaga perasaan tuh doi? Hai doi! (doi mana tuh orgnya?) Apa sih maksud loh?
Hihi... jawabannya kapan2 kalo ketemu langsung ya mbak :D
HapusMbak Rosa.. aha tulisannya bikin Februari yang udah mendung jadi tambah mendung dech :)
BalasHapushaha... mendung itu syahdu sinna :)
HapusMba Rosa...
BalasHapusSabar ya... semoga diberikan jalan keluar yang terbaik, karena Allah selalu sayang pada kita...
dan jujur untuk kebaikan diri sendiri itu lebih baik meskipun awalnya terasa berat ^^
semangat Mba'
Terima kasih mbak, Aamiin :')
HapusSabar ya Sa :)
BalasHapusMakasih mbak :')
Hapusdalam hidup ini kita mungkin pernah demikian sangat menginginkan seseorang
BalasHapustetapi entah kenapa segala hal tidak mendukung kita untuk bersama dengan dia
nikmati saja
kita mungkin pernah menangis dalam sujud sujud kita karena rasa ingin memiliki yang begitu besar sampai rasanya hati kita tidak kuat lagi menahan
tapi tetaplah kuat
meskipun harus menikmati semua rasa sakit itu
pilihan Allah adalah yang terbaik
insyaAllah
aaahh... bikin gerimis mbak bacanya :')
HapusPasti mbak ada fase lelah setelah berusaha mempertahankan seseorang yang ternyata endingnya bukan untuk kita. Maybe you just need a break :)
BalasHapusIya ika, bener... I need a break :')
Hapus