Sekitar bulan lalu, saat sedang nunggu antrian di KPP Madya Semarang untuk lapor SPT Bulanan, saya -- yang kebetulan saat itu ditemani atasan saya -- ngobrol-ngobrol ringan. Lagi-lagi temanya tentang jodoh. Sepertinya atasan saya merasa bahwa status single saya sudah sangat meresahkan dan harus segera dimusnahkan. Haha.
Beliau waktu itu bertanya tentang respon saya atas sinyal-sinyal yang diberikan oleh si 'X'. Habis itu beliau lanjut tanya, "Non, inget tentang kurva penawaran di mata kuliah Ekonomi Mikro nggak?".
"Emm, inget kayaknya, Pak.. dikit-dikit. hehe"
Nah, berawal dari situ beliau memaparkan tentang teori Kurva Jodoh menurut versi beliau.Bikin saya ngakak sampe mules waktu itu :D
Kalau anak IPS, atau anak fakultas ekonomi pasti nggak asing ya sama Kurva Penawaran beserta bunyi hukumnya ya. Nah, Kurva jodoh menurut atasan saya ini mereplikasi teori kurva penawaran... yah, meskipun agak maksa dan belum teruji validitas keilmiahannya sih. Huehehehe
Ini nih gambar kurva penawaran:
Kalo bunyi hukum penawarannya: "Semakin tinggi harga, semakin banyak jumlah barang yang bersedia
ditawarkan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat harga, semakin sedikit
jumlah barang yang bersedia ditawarkan.” (Versi Wikipedia)
Lha kalo Kurva Jodoh kayak apa gambarnya??
Hasil gambar asal :D |
Gimana bunyi hukumnya?
"Semakin tinggi kriteria seseorang tentang jodohnya, maka semakin lama waktu tunggu untuk bertemu dengan jodoh yang sesuai dengan kriterianya"
Di sini kita nggak ngomongin soal 'Jodoh sudah diatur mutlak sama Allah' dulu, ya. Yah soalnya kalo udah melibatkan kalimat itu sih, langsung skakmat, nggak bisa ngomong apa-apa lagi.
Allah kasih kita otak dan kemampuan memilih serta memutuskan, mungkin salah satunya untuk menuntun kita dalam berjalan menemukan jodoh yang ia siapkan. Apa kita nggak boleh punya kriteria? Ya jelas boleh dong! Rasulullah aja kasih rambu-rambu jelas kan tentang kriteria jodoh?! Nah, cuma kita ini kadang suka kebablasan, ya, nentuin kriteria. Warna kulitnya harus kuning langsat, cara jalannya harus kayak Bang Rio Dewanto, bibirnya harus seseksi Rezki Aditya (hihihi)... Nah, kriteria-kriteria kayak gini nih yang kemungkinan bikin mata kita buram, sampe akhirnya kelewatan nagkep moment si 'jodoh kiriman Allah' lewat di hadapan kita. Coba kalo ikut apa kata Rasulullah. Rasulullah bilang, seseorang dinikahi karna 4 perkara: wajahnya, hartanya, keturunannya, dan agamanya. Dan bagi yang ingin jadi orang beruntung, Beliau nyuruh kita memilih berdasarkan AGAMAnya. Udah deh, beres! Simple! -->>tapi prakteknya syusyah, ya, guys... haha...
Yah, intinya kita boleh punya kriteria tentang calon ayah/ibu dari anak-anak kita. Tapi mbok ya yang wajar-wajar saja, ya. Jangan njlimet-njlimet amat. Dan kata beliau (atasan saya), nggak perlu lah semua orang tau tentang kriteria kita. Cukup disimpan dalam hati saja. Takutnya, orang-orang yang tadinya punya niat baik udah minder duluan gara-gara merasa nggak sesuai sama kriteria kita. Disimpan dalam hati, dinilai diam-diam, lalu putuskan.
Sekali lagi saya tegaskan, tulisan di atas itu sebenernya pemaparan dari nasehat atasan saya, ya! Jadi bukan omongan saya. Hihi. Masa' iya sok-sokan saya nasehatin kayak gitu, sedangkan saya sendiri merasa tertampar dengan tulisan di atas. Tapi semua-mua kembalinya tetap pada Allah, ya. Jodoh kita mutlak hak Allah yang mengatur. Tapi konon kita tetap harus usaha. Tentu saja doa menjadi usaha yang terbaik. Nah, karna doa juga ada penghalangnya, semoga kita nggak memperlambat terijabahnya doa kita gara-gara setumpuk kriteria-kriteria nggak penting. Yah meskipun, kalo Allah berkehendak mengabulkan Kun Fayakun sih ya, nggak ada yang nggak mungkin. Tapi kita harus tetep sadar diri dong, ya :)