Saya mengenal seorang perempuan hebat yang kisahnya bisa membuat kita
lebih paham tentang perbedaan antara menyegerakan dan tergesa-gesa
menikah.
Beliau menikah pada tahun 2013 setelah menjalani 28 kali proses ta'aruf dalam kurun waktu 10 tahun (2003-2013).
Kegagalannya
dalam ta'aruf disebabkan oleh berbagai faktor, ketidakcocokan,
ketidakjelasan kabar dari pihak laki-laki, belum adanya restu atau
persetujuan dari orang tua.
Hebatnya, beliau tidak pernah lelah
berikhtiar. Ta'aruf demi ta'aruf pun dijalani sambil berharap itulah
ta'aruf yang terakhir (yang berlanjut ke pernikahan).
Beliau tetap
berikhtiar untuk menyegerakan pernikahan, namun tidak tergesa-gesa.
Beliau tetap menikmati setiap prosesnya sambil terus meningkatkan
kapasitas dan kualitas diri serta tentu saja bertawakkal kepada Allah.
Jika
beliau mau, mungkin beliau bisa saja melawan orang tua yang belum
merestui demi cepat menikah. Jika beliau mau, bisa saja beliau menikah
diam-diam. Asalkan menikah deh. Tapi beliau sabar. Sabar menikmati
setiap ikhtiar, menunggu waktu yang menurut Allah tepat. Beliau tidak
tergesa-gesa menikah dengan mengorbankan hal yang lebih penting seperti
ridho orang tua.
Sudah lihat perbedaannya, kan?
Orang yang
menyegerakan menikah dan yang tergesa-gesa menikah punya tujuan yang
sama, yaitu menikah. Tapi cara yang mereka pilih berbeda.
Seperti
orang yang sedang menyetir mobil, orang yang bersegera tahu kapan harus
mengerem, mengganti persneling, menekan gas. Mereka taat pada tata
tertib. Berhenti jika lampu lalu lintas berubah merah, bedanya dengan
yang menunda-nunda, setelah lampu berubah hijau, mereka langsung melaju,
tidak melambat-lambatkan. Mereka pun ingin segera tiba di tujuan, tapi
mereka bersiap dan berhati-hati agar selamat dalam perjalanannya dan
menjadikan perjalanan itu sebagai peristiwa yang bermakna dengan cara
menikmatinya.
Sedangkan yang tergesa-gesa hanya tahu satu hal :
dia harus tiba di tujuan secepat-cepatnya, dengan cara apapun. Akhirnya,
dia lupa mempersiapkan bekal yang cukup : Lupa mengisi bensin, lupa
memeriksa kondisi kendaraan, lupa menyiapkan makanan dan minuman untuk
di perjalanan. Yang menyebabkan dia terhambat di perjalanan. Dia juga
tak terlalu menganggap penting rambu-rambu. Lampu merah diabaikan,
perintah Pak Polisi dilanggar. Yang dia mau hanya satu : Cepat sampai ke
tujuan. Kecepatan penuh pun diambil untuk mewujudkan kemauannya itu. Ia
lupa pada risiko kecelakaan.
Orang yang bersegera akan menikmati
perjalanan. Sedangkan orang yang tergesa-gesa sangat ingin cepat-cepat
sampai tujuan sampai tak terpikir untuk memperhatikan indahnya panorama
di kiri kanan selama perjalanan.
Tepat waktu. Itu kata kuncinya.
Semuanya tepat jika sesuai dengan waktunya. Bukan sekadar indah,
semuanya akan berkah dan mudah jika waktunya sudah tiba.
sumber: http://urfaqurrotaainy.tumblr.com/
oOo
**Saya sudah pernah 'terjatuh' pada tergesa-gesa, dan saya nggak ingin mengulanginya. Karna sungguh, setan banyak sekali menumpang di dalam segala sesuatu yang tergesa-gesa.
Sabaar, nqnti akan indah pada waktunya ya, Rose.
BalasHapusAamiin...
Hapusmakasih mbak :*
Biasanya klo udah pasrah dan ikhlas jalani prosesnya malah dapet, ca. Pengalaman dari temen yang nunggu lama akhirnya dapet suami yang terbaik. Jadi sabar aja jalani setiap prosesnya. Ga terburu2, tapi juga ga terlalu lama.
BalasHapusIya mbak, katanya, "pertolongan Allah seringkali datang di puncak kepasrahan hamba-Nya" :)
Hapus