Tentang ujian. Bukan, ini bukan ujian sekolah. Melainkan ujian hidup. hehe
Kalau dengar kata ujian, pikiran kita lebih sering tertuju pada segala sesuatu yang menyedihkan, musibah, dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya. Benarkah begitu? Rasanya tidak.
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Qs Al Anbiya’: 35)
Beberapa minggu lalu, saya bertemu seorang sahabat yang sudah cukup lama nggak ketemu. Agenda rutin bertemu sahabat tentu saja curhat. Hehe.
"Ternyata kebahagiaan itu juga ujian, ya, te..." ucapnya membuaka sesi curhat kami. Dia biasa memanggil saya dengan sebutan tante (tanpa girang :D). Lalu rangkaian curhat mengalir.
Dia bercerita tentang seorang teman kostnya yang sedang mendapat sebuah kebahagiaan, yaitu baru saja bertunangan dengan kekasihnya. Si teman tersebut tak henti-hentinya meluapkan kebahagiannya, tak henti bercerita tentang sosok si tunangannya, dll. Sementara di sisi lain, si sahabat saya itu masih sendiri (belum memiliki calon) sedangkan keinginan menikah sudah cukup besar. Si sahabat saya yang tadinya turut bersukacita atas kebahagiaan si teman lama-kelamaan mulai merasakan perasaan-perasaan berenergi negatif. Sedih karna belum kunjung bertemu seseorang yang ditakdirkan Allah sebagai pasangannya, iri, dan jengah dengan euforia si teman yang tak kunjung usai.
Yup, idealnya tentu saja sahabat saya nggak perlu merasakan perasaan-perasaan negatif terus. Harusnya stay positive. Tapi itu idealnya :)
Dari situ kami diskusi. Bahwa ternyata ujian itu nggak hanya saat kita ditimpa hal-hal yang kurang menyenangkan, tapi juga saat kita sedang dikucuri hal-hal membahagiakan. Saat sedang ditimpa hal kurang menyenangkan kita diuji apakah kita bisa sabar menghadapinya. Sedangkan saat ditimpa hal yang membahagiakan kita diuji apakah kita bisa sabar untuk tidak mengekspresikannya secara berlebihan. Apa itu berarti kita nggak boleh cerita atau berbagi saat sedang bahagia? Tentu saja boleh. Pointnya ada di "jangan berlebihan" dear :) Kita harus ingat bahwa di sekitar kita ada hati-hati yang mungkin harus dijaga karna belum mendapat apa yang kita dapat. Bukan, tentu saja bukan karna teman kita itu adalah teman-teman yang punya sifat iri dan dengki. Tapi karna kita harus menjaga agar tawakal dan prasangka baiknya pada Allah yang mungkin ia bangun dengan susah payah menjadi luluh-lantak begitu gara-gara kita yang tak pandai memanajemen perasaan bahagia.
sumber: google |
Kita nggak pernah punya kuasa mengatur perasaan orang lain. Tapi kita Insya Allah bisa berusaha untuk turut menjaga perasaannya :)
kita semua pasti pernah ngerasain turut berbahagia pada kebahagiaan orang lain tapi ada rasa sakit di dalam hati...
BalasHapussemoga Allah beri yang terbaik
Iya, pernah merasakan ada di posisi sahabatnya.
BalasHapusWaktu diceritain teman dengan sangat bahagianya tentang tunangan gitu, saya (yang masih sendiri) juga kadang sedih sih, walaupun tetep bahagia denger ceritanya. Hehe
Disaat itu saya berdoa ke Allah, yg terbaik. Dan Alhamdulillah Allah ijabah do'a saya satu per satu..
Jangan lupa ada kekuatan Allah di segala kelemahan kita.
:)
iya sih sering banget denger yang pamer apalagi anaknnya berprestasi lah atau apalah ..memang saya mengerti dia hanya meluapkan kebahagiannya tetapi tidak semua orang bisa menerima cerita bahagia nya ..malah jadi sirik atau iri itu kan ga bagus :D
BalasHapusnoted to me nih :D
BalasHapusjadi dalam keadaan bahagia atau pun sedih, jangan terlalu berlebihan. ya sewajarnya saja dan tidak perlu diratapi atau diluap-luapkan (pamer). begitupun ketika orang lain yg mendapatkan kebahagiaan atau kesedihan, kita harus menanggapinya ya sewajarnya saja. sehingga tidak mengotori hari sendiri :)
makasih mbak. salam kenal,
Suherlin
Yg pnting jangan menyerah, terus berusaha ya. Jodoh emang misteriii bgtt. ;)
BalasHapus