Credit by Okezone.com |
Haduh duh duh, beberapa minggu ini timeline panas dan tegang yaaa hawanya. Gak kalah panas sama masa-masa pilpres dulu itu. Hehe. Capek sih ya bacanya, tapi kok tetep betah dan gak rela melewatkan berbagai keseruan di timeline barang sehari. Haha.
Sebagai jamaah fesbukiyah yang loyal, kalau ada rame-rame soal apapun, pasti kita bertanya dong ke diri sendiri, harus bagaimana menyikapinya. Termasuk bagaiamana menyikapi demo aksi damai bela Islam yang sempat (atau masih) ramai.
Saya pribadi, gak ujug-ujug gitu aja sih menyikapi demo aksi damai bela Islam 4 November kemarin itu, meskipun ada beberapa tokoh yang saya kagumi turut membela. Saya berusaha menggali informasi dulu tentang aksi bela Islam ini. Apa alasannya, tujuannya, dll. Saya baca-baca berita terkait aksi tersebut, tapi dari situs-situs terpercaya, bukan dari situs-situs ‘entahlah’ yang saat ini buanyak banget beredar.
Nah, setelah merasa sudah paham, baru saya berani ambil sikap. Harus saya akui saya memilih menunjukkan pada publik lewat akun facebook saya, di kubu mana posisi saya berada. Meskipun saya tau itu mungkin akan memberikan beberapa dampak. Tapi saya berusaha untuk tetap bijak dan gak berlebihan dalam menunjukkan sikap saya. Alhamdulillah, sejauh ini sih timeline saya tetap damai. Jangan sampai lah ada debat kusir di postingan saya.
Termasuk dalam menyikapi demo aksi damai bela Islam berikutnya nanti. Sampai saat ini saya belum tau bagaiamana akan bersikap di media sosial nanti sih. Soalnya saya belum punya cukup informasi soal itu. Makanya saya mulai baca-baca berita tentang demo aksi damai 2 Desember Okezone. Sekali lagi, baca berita juga harus hati-hati sekarang. Pilih situs-situs yang terpercaya dan berimbang.
Kalau kita sama-sama bijak, harusnya gak perlu ada debat kusir dan perang urat-syaraf di timeline ya saat ada kejadian-kejadian seperti ini. Plis deh, kita sudah sama-sama dewasa, kan?
Coba kalau beberapa hal aja kita lakukan, pasti gak perlu ada saling unfriend atau block antar teman. Beberapa hal itu adalah:
Saling menghargai pendapat orang lain. Kalau ada teman menunjukkan sikapnya, atau menunjukkan di kubu mana ia berada – yang ternyata berseberangan dengan kita, mbok yo sudah, gak perlu langsung kebakaran alis (soalnya gak punya jenggot, Hehe). masih ingat kan materi pelajaran PPKN? Saling menghargai pendapat. Kalau semua orang pendapatnya sama, dunia bakal sepi. Gak seru! Seperti yang Aa’ Gym bilang, ini soal rasa. Kalau sudah menyangkut soal rasa, ya gak bisa kita memaksakan semua orang punya rasa yang sama.
Kalau sudah saling menghargai, pastilah gak bakal ada yang saling nyinyir. Duh dear, apa sih enaknya nyinyir? Bikin bahagia, ya? Kalau iya, mungkin ada baiknya kita ngobrol sama psikolog. Hehe.
Satu lagi, bijak yuk ah dalam menunjukkan sikap. Mendukung atau gak mendukung itu hak kita masing-masing, tapi ya tetep sambil berusaha menahan diri. Boleh lah share berita-berita terkait, tapi jangan yang sifatnya provokatif. Pilih yang adem-adem aja.
Jadi, menurut saya sih gak masalah ya menunjukkan sikap di media sosial. Tapi alangkah indah kalau kita tetap berusaha menjaga kedamaian – meskipun hanya di media sosial. Banyak banget lho yang menggunakan media sosial sebagai sarana mencari uang. Masa iya kita masih gak aja demen memakainya sebagai sarana menyalurkan hobi debat? Rugi tauk!
Aku malah diblokr ustadzku gara2 ga satu pilihan jaman pilpres dulu itu.. Dia Prabowo banget.. Share terus berita negative ttg Jokowi. Hihi
BalasHapusKaya anak.kecil jadinya
Setuju. Kadang gerah sama yang nyinyir. Kalau mau netral mah netral aja kagak perlu saling menyindir
BalasHapusAku bingung mau komen apa soal ini ca. Karena ternyata yang ramai nggak cuma di medsos aja. Waktu ada aksi yang lalu itu aku pas di Bandung. Dari temen yang jarang bahas soal agama sampe penumpang bis damri aja bahas beginian coba. Haha. Aku speechless karena ngeliat betapa hebohnya aksi kali itu. Semoga aja yg 2 desember berakhir dengan baik.
BalasHapuskayak gini ini bikin orang islam terpecah, aku spijles soal selebaran yang diedarkan lembaga di indonesia kemarin
BalasHapuskalau aku sendiri, sekalipun nggak ikut demo aku mendukung mereka sih meskipun hanya lewat do'a
menurutku mereka terlalu pintar kok, para ulama itu. kita nggak ada apa-apanya. tapi kok sampek ada yg nyinyirin kalau ini hanya gara2 kata pakai, pdhl ilmu agamanya blm seujung kuku beliau2 itu. kok sampek menghina segala, ngerinya apalagi kalau yg gitu muslim juga. ulamanya aja nggak dipercaya, alqur'annya sendiri nggak didenger terus mau jadi apa.
masalah politik apa? Syech ali jaber atau aa gym bukan tipe orang yang suka terlibat politik. ya benar ocha ini hanya soal rasa. Nggak ada hubungannya soal sentimen ras atau agama lain. banyak yg salah paham ya.
dan kita semua sungguh lagi2 harus mempertanggungjawabkan sikap yg kita ambil nanti di mata Allah.
mereka yang pro maupun kontra adalah saudara sebangsa. sama halnya dengan menghormati tetangga, mereka juga harus kita hormati. beda pendapatan saja boleh kenapa ga boleh beda pendapat.
BalasHapusyang kita "benci" ada;ah mereka yang "membenci" kita. kalau yang orang lain yg mendukung, bisa jadi karena melihat dari sudut pandang berbeda. semoga saya, mereka, dan kita diberi petunjuk dengan terang benderang mana jalan yang benar-benar benar. :)
Aku nulis jg ttg demo tgl 4, tapi tetep menurut yg bnar. Bkn bela, tp ya sadar, kebenaran itu byk yg jegal
BalasHapusSemoga aksi selanjutnya lebih baik lagi dan memberikan kecerahan..
BalasHapusMenurut saya terlalu berlebihan, jd susah kl tdk berpikir ini politik, tentang penistaan agama (kita tunggu hasil persidangan) di Alquran sdh ada petunjuknya gmn kita hrs bersikap...tentunya para ustadz lebih paham...
BalasHapusQS 4:140 menyatakan, “Allah telah menurunkan kepadamu, bahwa apabila kamu dengar ayat-ayat Allah diingkari dan diolok-olok maka jangan kamu duduk beserta mereka, hingga mereka memasuki pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.”
QS 6:68 menyatakan, “Bila kamu melihat orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkan mereka sehingga mereka membicarakan hal lain.”
Allah tidak menyukai mereka yang melampaui batas (i’tida’) dalam melakukan pembalasan (QS 2:190) dan mereka yang melampaui batas (mu’tadin) itu justru akan mendapat azab yang pedih (QS 2:178 & 5:94). Juga diperintahkan, jangan sampai kebencianmu pada suatu kaum membuatmu berlaku tak adil (QS 5:8)
Bukankah pedoman kita Al quran dan hadist?
Menurut saya terlalu berlebihan...jd sulit kl dibilang bukan nuansa politik. Masalah penistaan agama di Al quran sdh ada petunjuknya gmn kita hrs bersikap...
BalasHapusQS 4:140 menyatakan, “Allah telah menurunkan kepadamu, bahwa apabila kamu dengar ayat-ayat Allah diingkari dan diolok-olok maka jangan kamu duduk beserta mereka, hingga mereka memasuki pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.”
QS 6:68 menyatakan, “Bila kamu melihat orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkan mereka sehingga mereka membicarakan hal lain.”
Allah tidak menyukai mereka yang melampaui batas (i’tida’) dalam melakukan pembalasan (QS 2:190) dan mereka yang melampaui batas (mu’tadin) itu justru akan mendapat azab yang pedih (QS 2:178 & 5:94). Juga diperintahkan, jangan sampai kebencianmu pada suatu kaum membuatmu berlaku tak adil (QS 5:8)
Bukankah pedoman kita bersikap adalah Alquran dan hadist? Dgn tdk mengurangi rasa hormat kpd para ustadz