Akhir tahun selalu identik dengan liburan. Apalagi kalau liburnya lumayan panjang seperti tahun ini karna ada cuti bersama. Di mana-mana yang jadi pembahasan jalanan macet, kawasan wisata penuh, dll. Kira-kira timeline juga bakal penuh dengan foto liburan gak, ya? Setidaknya itu akan lebih menyegarkan mata dan hati dibandingkan jika timeline penuh debat kusir soal politik. Haha.
Saya sendiri hampir gak pernah menyengaja liburan (dalam arti datang ke destinasi wisata tertentu) saat akhir tahun. Kalau ada istilah kurang piknik mungkin saya tergolong di dalamnya. Yah gimana enggak, liburan ke tempat wisata paling pas acara sekolah atau acara kantor saja. *ngenes
Meskipun hampir gak pernah liburan (dalam arti piknik) dan menyusun rencana perjalanan travel Breaktime, seenggaknya semenjak saya kerja di kota rantau, libur akhir tahun berarti bisa punya waktu cukup lama untuk bisa menikmati waktu di rumah. Bermanja-manja dengan ibuk. Makan sepuasnya masakan ibuk. Main sama ponakan. Ya, meskipun terkesan sederhana dan seadanya, cara liburan yang seperti itu sudah mampu menghilangkan berbagai penat yang terakumulasi di kepala.
Sayangnya, tidak dengan tahun ini.
Tadinya, saya juga berencana pulang di liburan akhir tahun kali ini. Kebetulan kakak saya (yang mana kami terakhir ketemu saat lebaran lalu) yang tinggal di luar kota juga pulang. Bayangan berkumpul dengan orang-orang tercinta setelah sekian lama gak berkumpul sudah di pelupuk mata. Ah, seharusnya saat mengetik tulisan ini, saya sudah ada di rumah. Tapi siapa yang mengharuskan? Jika pada kenyataannya kita memang hanya manusia yang bisa berencana, sedang yang berhak menentukan adalah Allah.
Kenyataannya pagi ini saya masih di sini. Di kota rantau yang menjelma menjadi kota domisili saya. Vonis dokter yang mengatakan letak plasenta kandungan saya rendah dan rawan terjadi pendarahan ulang seperti yang terjadi dua minggu lalu, memaksa saya untuk mengalahkan ego. Mungkin saat ini naluri keibuan saya sedang mulai diasah.
Dulu, saya gak pernah peduli apapun yang terjadi jika sudah berkeinginan pulang. Ada acara kantor, ya bolos. Badan lagi sakit, ya tetep saya paksa. Pokoknya semua hal akan jadi nomor ke sekian, yang penting hasrat ingin pulang terpenuhi dulu. Sekarang? Keinginan nekat itu sempat terbersit, gak cuma sekali malah. Hehe.
Tapi ketika merasakan tendangan lembut di perut saya, seketika itu pula hati saya luluh. Apa iya saya setega itu mempertaruhkan sebuah kehidupan dari seorang makhluk kecil di perut saya hanya demi ego?! Apa iya hati saya sekeras itu hingga tak mampu berkorban demi keselamatan calon buah hati yang kata banyak orang jauh lebih berharga dari apapun?! Dan akhirnya saya memilih menekan sekuat mungkin ego saya.
Jadi, liburan akhir tahun saya ke mana? Di rumah saja. Rumah nyata maupun rumah maya. Mengikuti berbagai cerita liburan teman-teman sembari berfantasi saya juga tengah melakukan perjalanan yang sama, atau sekedar menikmati warna-warni timeline yang sedang riuh dengan fenomena 'om telolet om'. Sedih? Sedikit. Bosen? Kadang. Hehe. Saya gak tau tiga hari di rumah mau ngapain aja supaya sedih dan bosen gak datang mengintimidasi saya.
Kalau kalian, liburan akhir tahun mau ke mana? Seasyik apa? Cerita, yaaa... saya butuh cerita liburan kalian untuk menstimulasi fantasi saya biar seolah ikut liburan bersama kalian.
sama mbak, di rumah aja. 3 minggu malah, bukan 3 hari
BalasHapusTosss mbak... :)
HapusMeskipun cuma di rumah, semoga ttep menyenangkan yaaa
Liburan akhir tahun di Pondok aja mba, nggak kemana mana, hiks.
BalasHapusBabang liburan taun baru keluar kota, tapi nyampe sana kayak orang semedi aja di kamar gak keluar-keluar 😂
BalasHapus