Minggu ini ada mutasi di kantor saya. Ada dua orang yang dimutasi. Salah satunya, dimutasi dari posisi yang sebelumnya lumayan 'bertaring' ke posisi yang... yah, benar-benar staff biasa.
Saya tidak hendak membanding-bandingkan dua posisi tersebut sih. Cuma, mutasi tersebut membuat saya cukup merenung. Betapa dalam hidup kita harus selalu siap atas perubahan. Katanya, satu-satunya yang gak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri.
Sejak kemarin saya banyak membayangkan. Gimana kalau saya ada di posisi teman saya yang kena mutasi tersebut? Gimana kalau saya jadi teman satu bagiannya yang sekarang?
Seperti yang sebelumnya saya bilang, teman saya yang kena mutasi ini posisi sebelumnya bisa dibilang zona nyaman banget buat dia. Dari beberapa kali ngobrol, saya juga tau bahwa posisi tersebut sudah sesuai sekali sama passionnya. Selain itu, posisi yang sebelumnya juga terbilang cukup 'bertaring'. Punya wewenang untuk mengkritisi dan didengarkan oleh pimpinan.
Sedangkan posisinya yang sekarang, ya staff macam saya yang cuma ngerjain kerjaan-kerjaan rutinitas.
Terus saya jadi bayangin. Gimana kalau saya jadi dia? Pasti saya bakal sedih banget. Gak semangat kerja. Pengen protes. Serba gak nyaman.
Tapi dia keren. Dia berusaha terlihat baik-baik saja, meskipun terlihat cukup jelas dia belum benar-benar enjoy.
Saya juga bayangin jadi rekan kerjanya yang sekarang.
Rekan-rekan kerjanya kan tadinya sudah terlihat nyaman dan klop sama reka yang sebelumnya (yang kena mutasi juga). Terus tiba-tiba harus punya rekan kerja baru. Yang mana lebih dewasa (secara umur) dan sebelumnya ada di posisi gak terbiasa disuruh-suruh atau dimintai sesuatu oleh teman sejawat.
Kan pasti serba pakewuh lah. Kelihatan kok, mereka mau minta sesuatu atau nyuruh sesuatu jadi serba gak enak gitu. Hehe. Nah, kalau saya ada di posisi tersebut, pasti deh ngeluh. Aduh kenapaaa sih harus ganti orang. Dan lain-lain.
Tapi waktu saya tanya ke yang bersangkutan, beliau jawabnya wise banget. "Ya canggung sih kak ros (panggilan dia ke saya), tapi yawislah, namanya juga hidup... pasti ada perubahan terus."
Nah, saya jadi serasa dicubit. Hidup itu pasti ada perubahan terus. Selama ini rasanya saya masih selalu ngeluh tiap ada perubahan. Padahal ngeluh sendiri gak akan mengubah apapun. Akhirnya saya capek sendiri.
Kalau sudah tau bahwa hidup selalu penuh perubahan, kenapa gak belajar berlapangdada saja menerima setiap perubahan yang sedang datang bergiliran? Kalau milih selalu ngeluh, kapan kita bahagianya, sedangkan perubahan akan terus terjadi silih berganti?! *tanya pada diri sendiri*
Saya juga bayangin jadi rekan kerjanya yang sekarang.
Rekan-rekan kerjanya kan tadinya sudah terlihat nyaman dan klop sama reka yang sebelumnya (yang kena mutasi juga). Terus tiba-tiba harus punya rekan kerja baru. Yang mana lebih dewasa (secara umur) dan sebelumnya ada di posisi gak terbiasa disuruh-suruh atau dimintai sesuatu oleh teman sejawat.
Kan pasti serba pakewuh lah. Kelihatan kok, mereka mau minta sesuatu atau nyuruh sesuatu jadi serba gak enak gitu. Hehe. Nah, kalau saya ada di posisi tersebut, pasti deh ngeluh. Aduh kenapaaa sih harus ganti orang. Dan lain-lain.
Tapi waktu saya tanya ke yang bersangkutan, beliau jawabnya wise banget. "Ya canggung sih kak ros (panggilan dia ke saya), tapi yawislah, namanya juga hidup... pasti ada perubahan terus."
Nah, saya jadi serasa dicubit. Hidup itu pasti ada perubahan terus. Selama ini rasanya saya masih selalu ngeluh tiap ada perubahan. Padahal ngeluh sendiri gak akan mengubah apapun. Akhirnya saya capek sendiri.
Kalau sudah tau bahwa hidup selalu penuh perubahan, kenapa gak belajar berlapangdada saja menerima setiap perubahan yang sedang datang bergiliran? Kalau milih selalu ngeluh, kapan kita bahagianya, sedangkan perubahan akan terus terjadi silih berganti?! *tanya pada diri sendiri*
perubahan dalam hidup itu harus terjadi
BalasHapusbukannya kita mau tapi memang seringnya harus
nah gimana jaga semangat aja :)
hidup kalo gak ada perubahan malah jadi aneh ya mbak
Hapus