credit: pixabay.com |
Salah satu keterampilan yang penting sekali untuk dimiliki kalo kita pengen survive -- terutama survive dalam pergaulan -- menurut saya adalah keterampilan menempatkan diri.
Saya kayaknya pernah cerita di salah satu tulisan di blog ini, tapi lupa tulisan yang mana dan saya males ngubek-ubek. Hehe. Jadi cerita ulang aja yah.
Suatu hari saat sedang makan di KFC yang lagi penuh bangettt, tiba-tiba ada seorang bapak yang membawa beberapa anaknya dengan semena-mena menjatuhkan begitu saja semua barang (bekas makan orang terdahulu) di meja yang hendak ia tempati. Ia sudah meminta CS untuk membersihkan meja tersebut sebelumnya, tapi karna saat itu bener-bener ramai sekali, CS-nya kalang kabut.
Ketika baru akan ke situ untuk membersihkan meja, eh bapaknya keburu emosi terus melakukan tindakan yang bikin semua orang di situ melongo.
Menurut saya, itu satu dari sekian buanyak contoh orang yang gak bisa menempatkan diri. Kenapa dia arogan seperti itu? Apakah karna blio merasa bahwa blio orang kaya dan punya jabatan? Tapi blio lupa, ada anak-anaknya di depannya. Harusnya menempatkan diri sebagai seorang bapak yang jadi role model anak-anaknya. Belum lagi soal menempatkan diri sebagai makhluk sosial di depan umum yang harus menjaga tata krama ya. Saya kasian banget waktu itu, melihat mas CS yang langsung tergopoh-gopoh membersihkan lantai dari serakan barang dari atas meja dengan wajah ketakutan.
Apa yang ada di benak kita ketika melihat orang yang bersikap seperti itu? Apakah terkesan dengan 'keberaniannya'? Atau terkesima dengan arogannya? Tentu tidak, saya rasa. Ilfeel malah mungkin. Dan itu gara-garanya adalah gak punya keterampilan menempatkan diri.
Gak bisa menempatkan diri juga seringkali membuat seseorang jadi tampak menyebalkan. Misalnya, seorang blogger yang lagi kumpul sama para akuntan yang blas gak mudeng dunia bloging. Lalu si blogger dengan asyiknya ngomongin tentang SEO lah, tentang job review lah, dll. Ya nyebelin dong.
Saya punya temen. Dia pinter secara akademis. Bahasa inggrisnya cas cis cus. Sayangnya, dia kurang panda menempatkan diri menurut saya. Dia sering ngomong pake bahasa inggris sama kami-kami yang gak bisa bahasa inggris, dan dia tau banget.
Alhasil, kami gak nyaman lah ngobrol sama dia. Gak nyambung. Akhirnya, makin lama hubungan kami jadi seolah dipisahkan tembok tebal. Padahal ya gak ada apa-apa antara kami.
Nah, di era ini... rasanya hampir tiap hari kita melihat orang-orang yang kurang terampil menempatkan diri berseliweran. Terutama di socmed. Yang gak tau apa-apa soal politik tapi ngritik macem-macem soal politik, contohnya.
Adakah kita salah satu diantaranya? 😅
Alhasil, kami gak nyaman lah ngobrol sama dia. Gak nyambung. Akhirnya, makin lama hubungan kami jadi seolah dipisahkan tembok tebal. Padahal ya gak ada apa-apa antara kami.
Nah, di era ini... rasanya hampir tiap hari kita melihat orang-orang yang kurang terampil menempatkan diri berseliweran. Terutama di socmed. Yang gak tau apa-apa soal politik tapi ngritik macem-macem soal politik, contohnya.
Adakah kita salah satu diantaranya? 😅
dulu semua orang nati politik, sakarang semua orang bicara politik :)
BalasHapus