Beberapa tahun sebelum anak pertama saya memasuki usia SD, saya sudah mulai sibuk survey beberapa sekolah untuk anak saya. Kenapa harus jauh-jauh hari sekali? Yang utama ya karena saya tahu biaya sekolah jaman sekarang tidak murah. Sebagai pegawai swasta yang gajinya UMR, saya dan suami tentu saja harus punya bayangan tentang berapa biaya yang harus kami siapkan untuk anak kami.
Dan saya terperanjat ketika mengetahui dengan pasti biaya masuk beberapa SD Islam Terpadu di daerah Semarang! Bayangkan, setara SD biaya masuknya ada yang sampai 4x lipat biaya masuk S1 saya di tahun 2012 lalu -- yang mana saya kuliah di universitas swasta yang termasuk lumayan mahal di Semarang. Biaya per bulannya juga rata-rata hampir menyentuh angka 1 juta-an. Itu belum termasuk catering, dll-nya.
Miris sekali melihat besarnya biaya itu sembari mengingat kondisi ekonomi rata-rata masyarakat yang masih banyak di bawah standar. Apalagi dalam hal ini yang saya lihat adalah biaya sekolah Islam.
Jadi terasa agak ironis rasanya. Gimana kita bisa berharap perbaikan generasi melalui pendidikan Islam, kalau pendidikan Islam yang berkualitas hanya bisa diakses oleh orang-orang dengan strata ekonomi tertentu saja?
Muhammad Ahsanul Husna, Pahlawan Pendidikan Islam era Modern
Menurut saya, tidak berlebihan jika saya menyebutnya sebagai seorang pahlawan. Muhammad Ahsanul Husna, laki-laki setengah baya dari Semarang, yang berjuang di bidang pendidikan Islam di wilayah tempat tinggalnya, tepatnya di wilayah Semarang Barat, Kota Semarang.
Melalui SD Darussalam, Muhammad Ahsanul Husna berjuang di bidang pendidikan dengan cara menggratiskan sekolah tersebut. Ya, benar-benar gratis. Selain menerapkan Kurikulum Merdeka Kemendikbud, SD Darussalam juga membekali siswanya dengan mata pelajaran keislaman seperti BTQ (Baca Tulis Qur'an) dan tahfidz juz 30.
credit: SigiJateng.id (Bapak Muhammad Ahsanul Husna, berkemeja Biru Dongker) |
SD Darussalam didirikan di atas lahan wakaf dan bernaung di bawah Yayasan Darussalam. Saat saya tanya kepada beliau tentang ada atau tidaknya donatur tetap untuk SD Darussalam, Bapak Muhammad Ahsanul Husna menjawab tidak ada.
Selama ini, biaya operasional hanya mengandalkan sumur artetis yang dikelola Yayasan Darussalam dan support dari keluarga besar beliau yang kompak menyokong perkembangan SD Darussalam tersebut.
"Pokoknya setiap tanggal 1 bisa menggaji guru dan biaya operasional lainnya. Dan Alhamdulillah masih ada dana untuk pengembangan sarana dan prasarana sekolah juga," tutur Muhammad Ahsanul Husna saat saya menghubunginya melalui chatt WA.
Selain itu, saya juga sempat bertanya, semangat apa yang membuat beliau terus memperjuangkan SD Darussalam agar bisa tetap sepenuhnya gratis?
"Agar semua orang bisa merasakan pendidikan agama tanpa harus membayar, mengingat di sekitar banyak sekolah berlabel agama yang bagus, (biayanya) tidak ada yang murah" begitulah jawaban Bapak Muhammad Ahsanul Husna.
Melalui dedikasinya dalam bidang pendidikan tersebut, Muhammad Ahsanul Husna mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Award 2021 Tingkat Jawa Tengah yang diberika oleh PT. Astra Internasional, Tbk.
credit: FB SD Darussalam |
Saat ini, SD Darussalam memiliki kurang lebih 300 siswa. Dan yang membuat saya lebih salut, tidak ada persyaratan khusus seperti wajib melampirkan surat keterangan tidak mampu atau semacamnya, jika ingin mendaftar di SD Darussalam. Jadi siapapun dipersilakan mendaftar, selama masih ada kuota, alias siapa cepat dia dapat.
Pelita Harapan Bagi Pendidikan Indonesia
Sosok seperti Muhammad Ahsanul Husna bagi saya menjadi seperti pelita di tengah kegelapan. Adakalanya kita menganggap, jaman sekarang tidak ada orang baik yang tidak mengejar materi. Tapi sosok beliau membuat kita bisa kembali optimis bahwa Indonesia masih punya banyak orang baik nan dermawan.
Sudah menjadi rahasia umum, saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bisnis paling menjanjikan. Seperti yang saya singgung di awal tulisan ini, biaya sekolah makin ugal-ugalan. Dan realita itu membuat sebagian golongan menjadi pesimis bisa memperbaiki masa depan melalui pendidikan.
Semoga di Indonesia akan muncul banyak sosok Muhammad Ahsanul Husna lain, yang mendedikasikan sumber daya yang ia punya untuk turut memperbaiki negeri dengan pendidikan yang bisa dijangkau oleh semua kalangan, bahkan lapis terbawah sekalipun.